Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga tembaga terkoreksi meninggalkan level tertinggi 17 bulan. Meski demikian, tembaga diproyeksi masih berpeluang besar menguat dalam jangka pendek.
Mengutip Bloomberg, Selasa (6/12) pukul 10.20 waktu Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,8% dibanding hari sebelumnya ke level US$ 5.902 per metrik ton. Namun, sepekan terakhir, harga tembaga masih terkerek 3,5%.
Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka mengatakan, harga tembaga mengalami koreksi wajar setelah menyentuh rekor tertinggi sejak Juni 2015. Awal pekan, harga logam industri ini sempat bertengger di level US$ 5.950 per metrik ton. Selain juga dipicu sentimen negatif hasil referendum Italia yang menghasilkan pengunduran diri Perdana Menteri Italia Matteo Renzi.
Meski demikian, Ibrahim meramal, harga tembaga bisa kembali rebound seiring indeks dollar AS yang agak tertekan.
Di samping itu, penguatan harga tembaga dalam jangka pendek akan didukung kesepakatan produsen minyak OPEC dalam memangkas produksi. Kebijakan baru OPEC ini sudah berhasil mengangkat minyak ke atas US$ 50 per barel dan turut menopang harga komoditas lain termasuk tembaga. Selanjutnya, pada 10 Desember mendatang, OPEC akan kembali bertemu dengan produsen di luar organisasi tersebut guna memperluas upaya pembatasan produksi.
Data-data ekonomi baik dari Amerika Serikat (AS) maupun China turut membawa angin segar bagi harga tembaga. Pertumbuhan industri non manufaktur Paman Sam bulan November mencapai level tertinggi 13 bulan. Sementara, data Caixin Media and Markit Economics menunjukkan kenaikan pada industri jasa China bulan November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News