Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga komoditas tembaga mulai bergerak naik. Tersendatnya produksi tambang Grasberg milik Freeport McMoRan di Indonesia dan tambang Escondida milik BHP di Chili disebut sebagai penyebab kembali melambungnya harga.
Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) pada penutupan perdagangan Rabu (1/3) tercatat menguat 0,72% ke level US$ 6.016 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya masih mengalami pelemahan sekitar 0,4%.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan untuk saat ini isu pasokan masih menjadi sentimen positif yang mendorong penguatan harga. Apalagi tambang Grasberg dan tambang Escondida bertanggung jawab untuk 8% dari output global.
Freeport McMoRan sudah mulai menghentikan ekspor sejak 12 Januari lalu. Perusahaan masih belum mendapatkan izin ekspor sebelum bentuk usaha pertambangannya diubah. Bahkan rencananya perusahaan tembaga itu akan membawa persoalan ini ke arbitrase.
Sedangkan aksi mogok pegawai di tambang Escondida sudah mencapai hari ke 21. Meski pengadilan telah memutuskan BHP harus membayar sekitar US$ 2400 kepada setiap pekerja sebagai bagian dari bonus, tetapi pihak perusahaan masih belum menyetujuinya.
Goldman Sachs Inc memperkirakan apabila aksi mogok kerja di Escondida memasuki lebih dari 20 hari setidaknya hal tersebut bisa menahan produksi hingga 64.000 ton. “Bulan Januari produksi Chili tercatat turun 2,6% dibanding bulan yang sama tahun lalu,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (2/3).
Tak hanya pasokan, sentimen positif juga datang dari perbaikan data manufaktur China. Di bulan Februari kemarin, rilis data manufaktur negeri tirai bambu itu mencapai level 51,7 atau lebih dari bulan sebelumnya yang hanya menyentuh level 51. Kata Andri jika perbaikan ini bisa berlanjut ke bulan-bulan berikutnya harga tembaga berpotensi terus menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News