Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harapan kenaikan permintaan dari China yang datang seiringan dengan laporan terganggunya produksi menjadi faktor pengangkat harga tembaga di perdagangan hari ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (15/2) pukul 11.28 am di Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 0,60% ke level US$ 6.056 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Kenaikan ini datang setelah pada Selasa (14/2) terjadi aksi mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja tambang tembaga di Escondida, Chili. Seperti diketahui, tambang ini merupakan salah satu tambang tembaga terbesar global.
“Ada kekhawatiran terjadinya pengetatan pasokan global dengan isu mengempisnya pasokan yang ada,” ujar Daniel Morgan, Analis UBS seperti dikutip dari Bloomberg. Gangguan aktivitas pertambangan ini diperkirakan bisa mengikis produksi global sekitar 10%.
Hal ini senada dengan perkiraan Ji Xianfei, Analis Guotai Junan Futures bahwa mogok kerja di Chili masih mungkin terus berlanjut dan berimbas signifikan pada produksi yang ada.
Apalagi di saat yang bersamaan terjadi penghentian produksi sementara di tambang Grasberg, Indonesia yang tentunya semakin mengetatkan pasokan tembaga di pasar global.
Sementara dengan laporan inflasi China Januari 2017 yang naik dari 2,1% menjadi 2,5% pelaku pasar berharap ini akan menggenjot permintaan dari Negeri Tirai Bambu. Jajaran katalis ini mendukung keberlanjutan kenaikan harga tembaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News