Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga tembaga terus melaju. Terganggunya produksi di beberapa tambang tembaga menjadi angin segar yang mampu mengerek harga. Jika pasokan masih bermasalah, analis memperkirakan harga tembaga akan bisa menembus level US$ 6.800 per metrik ton di akhir kuartal III 2017.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoin Futures menyakini, pada akhir kuartal III nanti tembaga bisa menembus level US$ 6.800 per metrik ton. Kata dia, boleh dibilang saat ini masih belum ada sentimen negatif yang bisa mengganjal laju penguatan harga. Kalaupun terjadi pelemahan, itu hanya koreksi teknikal karena harganya sudah terlalu tinggi.
Bahkan sajian data manufaktur China yang melemah juga masih belum mampu menggoyang harga tembaga. Data manufaktur bulan Juli hanya mencapai level 51,4, padahal di bulan Juli berhasil mencapai 51,7. Menurut Andri dengan alasan produksi yang masih tertekan, kini pasar cenderung mengabaikan data China.
“Datanya malah diabaikan dan penurunan tipis ini dianggap masih sesuai ekspektasi,” paparnya kepada Kontan, Senin (31/7).
Apalagi selain terganggunya pasokan, harga tembaga juga masih diuntungkan dari valuasi dollar Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah tekanan. Kondisi politik negeri Paman Sam carut marut pasca dilakukannya investigasi terhadap keterlibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS dan gagalnya Presiden Trump mengusung revisi UU Kesehatan dianggap membayangi posisi greenback.
Untuk Selasa (1/8), tembaga akan melanjutkan penguatan pada rentang US$ 6.420 – US$ 6.320 per metrik ton. Sedangkan sepekan setelahnya akan bergerak pada kisaran US$ 6.500 – US$ 6.280 per metrik ton.
Secara teknikal, kata Andri, saat ini harga tembaga masih bergulir di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di level 142,8 dan indikator stochastic berada di level 72,2. Ketiga indikator masih menunjukkan peluang penguatan harga. Hanya indikator relative strength index (RSI) saja yang sudah berada di area overbought level 82,5 yang memberi sinyal koreksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News