Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Berbagai katalis positif disinyalir dapat menyokong pergerakan harga tembaga hingga semester I 2016. Mengutip Bloomberg pada Senin (28/3) pukul 11.05 WIB, harga tembaga berjangka di New York menanjak 0,5%.
Pasar London Metal Exchange (LME) tutup karena libur Paskah. Pada Kamis (24/3), harga tembaga ditutup pada level US$ 4.945 per metrik ton.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menerawang, hingga semester I 2016, harga tembaga berpotensi tumbuh menjadi US$ 5.000 – US$ 5.500 per metrik ton. Memang ada rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang saat ini bertengger di level 0,25% - 0,5%.
Namun, Andri berpendapat, pelaku pasar sudah dapat mengukur dan mengantisipasi rencana tersebut dengan baik. Apalagi puncak permintaan komoditas biasanya berlangsung pada Maret – April.
Amunisi kenaikan harga tembaga juga disinyalir bakal bersumber dari kebijakan moneter China, Jepang dan Eropa di waktu mendatang. Ketiga negara tersebut gencar menggelontorkan stimulus guna menggairahkan perekonomian.
“Faktor harga minyak yang relatif stabil dan diperdagangkan di atas US$ 40 per barel juga menjadi faktor positif,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News