kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tembaga berbalik arah setelah cetak rekor terburuk dalam empat bulan


Rabu, 29 Januari 2020 / 10:53 WIB
Tembaga berbalik arah setelah cetak rekor terburuk dalam empat bulan
ILUSTRASI. China merupakan konsumen terbesar tembaga dunia


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga tembaga mulai naik dari level terendahnya dalam empat bulan terakhir setelah jatuh selama 10 sesi berturut-turut. Mengutip Bloomberg, Rabu (29/1), pukul 10.30 WIB, harga tembaga kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) naik 0,50% menjadi US$ 5.730 per ton. 

Hal ini mengakhiri catatan buruk tembaga yang selalu turun. Bahkan, Selasa (28/1), harga tembaga ada di level US$ 5.703 per ton. 

Pelemahan tembaga sebelumnya terjadi karena pelaku pasar masih mengukur dampak ekonomi dari wabah virus corona di China. Kekhawatiran bahwa virus yang mirip flu ini bisa menyebar cepat akan merusak pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baca Juga: Ada tiga faktor yang akan mengerek harga tembaga ke depan

Hal ini menjadi pukulan telak bagi tembaga mengingat China menyumbang hampir setengah dari konsumsi tembaga global. Selain itu China juga merupakan pengguna utama dari banyak logam industri.

"Masalah komoditas logam industri adalah penutupan pabrik karena China berusaha menahan virus. Pemerintah China pun sudah memperpanjang hari libur Tahun Baru China hingga 2 Februari. Selain itu, banyak perusahaan global yang meminta karyawan untuk tinggal di rumah lebih lama," kata ANZ seperti dikutip Reuters.

Pada LME terlihat enam logam industri mencapai titik terendah dalam tiga tahun pada Selasa (28/1) lalu. Bahkan, rata-rata penurunan mencapai 7,7% sejak 20 Januari, yakni ketika wabah mulai memukul pasar global.

"Satu-satunya peristiwa yang dapat dibandingkan dengan ini adalah virus SARS pada 2013. Kami menduga permintaan logam industri akan mengambil jalan yang sama dengan penggunaan kembali kuat," lanjut ANZ.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×