kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Tekanan pada NIM masih kuat, simak rekomendasi analis untuk sektor perbankan


Minggu, 29 Juli 2018 / 17:20 WIB
Tekanan pada NIM masih kuat, simak rekomendasi analis untuk sektor perbankan
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

Senada, analis BCA Sekuritas Gilang Purnama juga tak menampik risiko pada sektor perbankan terkait NIM hingga akhir tahun seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan. Namun, dia cukup optimistis pertumbuhan kredit dapat tetap tumbuh di ksiaran 9%-10% sepanjang tahun 2018 dan 2019.

"Meski kenaikan suku bunga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi, kami yakin permintaan kredit masih akan tumbuh lebih tinggi, terutama dari sektor privat maupun BUMN dengan kebutuhan modal kerja yang tinggi hingga akhir tahun," terang Gilang, dalam riset 23 Juli.

Berpandangan berbeda, Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, melihat, tekanan pada NIM di semester kedua ini tidak akan begitu signifikan bagi kinerja bank-bank besar. Toh, dalam jangka pendek, perbankan justru bisa mengambil momentum keuntungan dari naiknya suku bunga kredit. Namun, dari segi volume kredit, bank mungkin akan mengalami perlambatan, menurutnya.

"Selama keduanya sama-sama naik (suku bunga kredit dan simpanan), harusnya tekanan ke NIM tidak begitu besar. Suku bungan acuan kita pun pernah mencapai 7%-8%, tapi volume kredit tetap bisa tumbuh di atas 20% saat itu," ujar Alfred, Jumat (27/7).

Alfred juga meyakini, kenaikan suku bunga kredit perbankan belum akan memengaruhi keputusan debitur, dalam hal ini perusahaan-perusahaan, untuk melakukan pinjaman. Hanya saja, tingkat kepercayaan pasar yang menurun akan lebih terasa di sektor riil.

Tengok saja, bulan Mei lalu, pertumbuhan kredit justru tumbuh lebih kencang yaitu 10,3% year-on-year (yoy). Taye melihat laju pertumbuhan ini lebih tinggi daripada ekspektasinya maupun tren secara historis.

Lonjakan permintaan kredit Mei lalu rupanya didorong oleh pinjaman korporasi yang naik 2,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Pinjaman korporasi naik seiring dengan berkurangnya ketertarikan investor pada pasar obligasi di tengah kenaikan suku bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi domestik yang masih sesuai dengan ekspektasi.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×