Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pergerakan rupiah pada transaksi hari ini (27/7) masih terlihat perkasa terhadap dollar AS. Pada pukul 09.57, posisi rupiah berada di level 9.488 dari posisi 9.503 pada hari sebelumnya atau menguat 0,15%.
Kepala Divisi Treasury Bank BNI Nurul Eti Nurbaeti memprediksi, rupiah berpotensi bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga menguat di range 9.460-9.510 . Berita baik dari kawasan Eropa berpotensi mendorong depresiasi indeks dollar sehingga tekanan terhadap rupiah cenderung mereda.
Meski demikian, di sisi lain, Nurul memprediksi berkurangnya tekanan eksternal diperkirakan tidak mengurangi tingginya minat beli dollar di dalam negeri. "Karena saat ini kebutuhan untuk pembayaran impor masih besar dan berpeluang menghambat pergerakan rupiah," ujarnya.
Sementara itu, pengamat pasar valas Mohammad Doddy Ariefianto mengemukakan, sepekan ini, pergerakan rupiah masih tergiring tekanan sentimen negatif global, terutama dari Uni Eropa. "Isu downgrade masih berlanjut di negara benua biru tersebut," kata Doddy kepada KONTAN, Jumat (27/7).
Munurut Doddy, pada pekan depan, rupiah akan dihadapkan pada kemungkinan aksi spekulasi pelaku pasar menjelang pengumuman kebijakan bulanan European Central Bank (ECB). "Investor masih akan memperhatikan apakah ECB akan mengeluarkan injeksi likuiditas dalam bentuk quantitative easing dengan membeli aset swasta jangka panjang atau commercial paper," urainya.
Investor mengharapkan, ECB segera turun tangan untuk meminimalisasi resiko krisis Eropa. "Karena selama ini, ECB seperti menjaga jarak dalam memberikan intervensi kepada negara-negara Eropa yang bermasalah," ungkap Doddy.
Dengan spekulasi tersebut, Doddy melihat rupiah akan cenderung stabil di level sekarang yang mengartikan belum adanya depresiasi yang cukup berarti pada pekan depan. Untuk periode mingguannya (30 Juli-3 Juli), Doddy memperkirakan pasangan (USD/IDR) akan bergerak di kisaran 9.450-9.550.
"Saat ini, kondisi mata uang Garuda memiliki probabilitas yang kecil untuk berkorelasi positif terhadap kondisi fundamental ekonomi kita, yang mengartikan situasi global lebih berpengaruh signifikan terhadap pelemahan rupiah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News