Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (20/11/2025). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,17% secara harian ke level Rp 16.736 per dolar AS.
Rupiah berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) juga melemah 0,05% secara harian ke posisi Rp 16.742 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memproyeksikan pergerakan rupiah pada Jumat (21/11/2025) akan dipengaruhi rilis data utama dari Amerika Serikat (AS), yaitu laporan Nonfarm Payrolls (NFP) bulan September yang tertunda, yang dijadwalkan hari ini.
Mengingat indeks dolar (DXY) sudah berada di level tertinggi enam bulan menjelang rilis data ini, sentimen pasar global masih risiko-negatif (risk-off), yang secara inheren menguntungkan dolar AS sebagai safe haven.
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 16.736 per Dolar AS Kamis (20/11), Dibayangi Sentimen Suku Bunga
Meskipun, Bank Indonesia (BI) telah menjaga suku bunga dan neraca transaksi berjalan kuartal III 2025 Indonesia mencatatkan surplus (sentimen positif domestik). Kekuatan fundamental domestik ini mungkin akan kesulitan menahan tekanan penguatan dolar AS yang sangat kuat di pasar global.
Sutopo bilang, jika data NFP AS keluar lebih kuat dari perkiraan, dolar AS akan menguat lebih lanjut (DXY naik), menekan rupiah mendekati batas atasnya di Rp 16.800. Sebaliknya, jika NFP lebih lemah, ada peluang rupiah menguat terbatas dan kembali menguji level Rp16.700.
“Perhatian utama investor besok adalah hasil NFP AS. Investor akan menyeimbangkan antara kekuatan dolar yang didorong oleh ekspektasi The Fed yang hawkish (ketat) dengan fundamental domestik rupiah yang relatif solid (suku bunga BI stabil dan neraca transaksi berjalan surplus),” jelas Sutopo kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, meningkatnya skeptisisme di antara para pejabat Federal Reserve (Fed) tentang pemangkasan suku bunga berikutnya pada bulan Desember mengaburkan prospek kebijakan moneter The Fed. Lantaran para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi AS yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, para trader pun mengurangi ekspektasi pelonggaran bunga The Fed lebih lanjut.
Dalam rilis notulen rapat FOMC pada bulan Oktober terungkap bahwa sebagian besar peserta menilai penurunan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan tepat seiring waktu. Akan tetapi beberapa mengindikasikan mereka tidak memandang penurunan suku bunga pada bulan Desember sebagai hal yang tepat.
Sebagian besar peserta rapat mencatat bahwa penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menambah risiko inflasi yang lebih tinggi menjadi berlarut-larut atau dapat disalahartikan sebagai kurangnya komitmen terhadap target inflasi 2%.
“Banyak peserta berpendapat berdasarkan pandangan mereka, mempertahankan suku bunga tidak berubah selama sisa tahun ini adalah langkah yang tepat,” kata Ibrahim, Kamis (20/11/2025).
Baca Juga: Rupiah Tertekan Buntut Risalah The Fed
Sutopo memproyeksikan rupiah pada Jumat (21/11/2025) cenderung bergerak datar dengan potensi pelemahan terbatas atau fluktuatif di kisaran level Rp 16.650 – Rp 16.800 per dolar AS.
Sementara, Ibrahim memproyeksikan rupiah pada Jumat (21/11/2025) bergerak fluktuatif, namun akan ditutup melemah direntang Rp 16.730 – Rp 16.790 per dolar AS.
Selanjutnya: Kinerja Emiten Nikel Kembali Terancam oleh Koreksi Harga Komoditas
Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025, Sembilan Wakil Indonesia Melenggang ke Perempat Final
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













