Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyedia menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) akan menerbitkan surat utang (notes) dalam mata uang asing maksimal US$ 900 juta. Notes tersebut memiliki jangka waktu 10 tahun dengan bunga tetap maksimal 6% per tahun yang akan dibayarkan tiap enam bulan sekali.
Meskipun begitu, Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, nilai notes yang nantinya diterbitkan belum tentu sebesar itu. Pasalnya, manajemen Tower Bersama Infrastructure harus meminta persetujuan pemegang saham terlebih dahulu melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
"Rencana nilai notes maksimal US$ 900 juta tersebut hanya untuk approval RUPSLB dulu. Nanti penerbitannya akan diatur setelah mendapatkan persetujuan RUPSLB," tutur Helmy saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/9).
Menurut Helmy, surat utang dalam mata uang asing ini tidak akan ditawarkan dalam satu waktu, melainkan beberapa kali penerbitan. "Rencana penggunaan dananya adalah untuk refinancing pinjaman dalam mata uang dollar Amerika Serikat," ucap Helmy.
Baca Juga: Sejumlah emiten akan bagikan dividen interim, begini rekomendasi analis
Penerbitan surat utang ini tergolong transaksi material karena nilainya melebihi 50% ekuitas TBIG yang mencapai Rp 9,22 triliun per 30 Juni 2021. Karena termasuk transaksi material, manajemen Tower Bersama Infrastructure perlu meminta persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB yang bakal diselenggarakan pada 30 September 2021 pukul 14.00 WIB.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, saat ini pihaknya masih dalam posisi netral terkait pinjaman ini karena manajemen baru akan meminta persetujuan pemegang saham. Meskipun begitu, penggunaan dana yang akan digunakan untuk refinancing utang dinilai masih berdampak positif pada tingkat kewajiban TBIG.
"Nantinya, notes itu juga bisa digunakan buat bayar utang yang jatuh tempo, mau dilunasi dipercepat, sehingga tidak menambah level hutang perusahaan," kata Hendriko.
Menurut Hendriko, tingkat utang TBIG sejauh ini juga masih tergolong aman. Hal itu terlihat dari rasio net debt terhadap EBITDA yang masih berada di bawah level maksimal covenant.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, rasio net debt terhadap EBITDA TBIG per kuartal II 2021 yang disetahunkan adalah sebesar 4,8 kaIi. Sementara menurut Hendriko, batas rasio net debt terhadap EBITDA TBIG yang diatur covenant adalah sebesar 6,5 kali.
Baca Juga: Panin Sekuritas rekomendasikan saham Kalbe Farma (KLBF), ini alasannya
Terkait dengan sahamnya, Hendirko masih melihat potensi kenaikan, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. Untuk jangka pendek dan menengah, ia memprediksi, TBIG akan bergerak sideways dalam kisaran Rp 2.900- Rp 3.200
"Kalau untuk jangka panjang, saya rasa masih menarik karena kinerja emiten menara telekomunikasi cenderung stabil dan bertumbuh," ucap Hendriko. Per Rabu (29/9), harga saham TBIG ditutup stagnan di level Rp 2.990 per saham.
Selanjutnya: Axiata Group lepas 5% saham XL Axiata, begini rekomendasi saham EXCL
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News