Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Katalis positif yang membalut pasar surat utang dalam negeri memicu tingginya minat investor. Terlihat dari total penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (27/9) yang mencapai Rp 19,73 triliun.
Dalam lelang kali ini, pemerintah menyerap total dana Rp 14 triliun, di atas target indikatif yang dipatok Rp 12 triliun. Dana hasil lelang untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Settlement bakal berlangsung pada 29 September 2016.
Sekadar mengingatkan, pada lelang SUN dua pekan sebelumnya Selasa (13/9), pemerintah memenangkan dana Rp 12 triliun dari total penawaran Rp 16,52 triliun.
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management berpendapat, kenaikan penawaran lelang SUN dipicu oleh beberapa katalis positif sejak pekan lalu. Pertama, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atawa The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25% - 0,5% pada pertemuan 20 September 2016 – 21 September 2016.
Kedua, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 5% pada 22 September 2016.
Ketiga, membaiknya performa rupiah di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Di pasar spot pada Selasa (27/9), rupiah menguat 0,66% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 12.955 per dollar AS.
Keempat, keberhasilan kebijakan tax amnesty yang mulai unjuk gigi jelang akhir periode pertama pada September 2016. Hingga Senin (26/9) pukul 22.30 WIB, total deklarasi harta mencapai Rp 1.939 triliun.
Rinciannya, deklarasi harta dalam negeri sebesar Rp 1.315 triliun dan dekalarasi harta luar negeri sebanyak Rp 526 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 98,7 triliun merupakan dana repatriasi. Pmeerintah telah meraup dana tebusan Rp 46,3 triliun.
Menurut Desmon, tawaran yield oleh investor cukup moderat, sesuai dengan pergerakan di pasar sekunder. Makanya pemerintah memanfaatkan momentum tersebut dengan menyerap dana di atas target indikatif.
Masih agresif
Kendati target penerbitan surat utang negara untuk triwulan ketiga 2016 sudah tercapai, pemerintah tetap agresif meluncurkan obligasi.
“Ini karena pelebaran defisit APBN sehingga mengindikasikan pemerintah membutuhkan dana melalui lelang,” terangnya.
SUN seri FR0061 dan FR0059 masih menjadi primadona dalam lelang kali ini. Investor gencar berburu kedua seri yang disinyalir akan menjadi SUN seri acuan (benchmark) tahun 2017. Mayoritas investor memang menggemari SUN benchmark karena dibalut likuiditas yang tinggi.
“Likuiditas besar akan mempermudah investor untuk menawarkan atau membelinya di pasar sekunder,” pungkasnya.
Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, ada empat seri obligasi negara yang ditawarkan dalam lelang kali ini.
Pertama, SPN12170608 yang diserap Rp 1,35 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6% dan imbalan diskonto. Efek tersebut mengoleksi penawaran Rp 2,22 triliun dengan yield tertinggi 6,6% dan yield terendah 5,95%. Instrumen ini bakal jatuh tempo pada 8 Juni 2017.
Kedua, FR0061 yang dimenangkan Rp 5,9 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,72% dan imbalan 7%. Obligasi tersebut menghimpun penawaran Rp 6,5 triliun dengan yield tertinggi 6,9% dan yield terendah 6,68%. Seri ini tenggat waktunya 15 Mei 2022.
Ketiga, FR0059 yang diserap Rp 3,4 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,9% dan kupon 7%. Surat utang tersebut membukukan penawaran Rp 6,49 triliun dengan yield tertinggi 7,27% dan yield terendah 6,85%. Efek ini akan kedaluwarsa pada 15 Mei 2027.
Keempat, FR0072 yang dimenangkan Rp 3,35 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,35% dan kupon 8,25%. Jumlah penawaran yang masuk untuk instrumen tersebut mencapai Rp 4,5 triliun dengan yield tertinggi 8% dan yield terendah 7,25%. Obligasi ini bakal jatuh tempo pada 15 Mei 2036.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News