Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah sudah merilis paket kebijakan ekonomi, akhir pekan lalu. Kebijakan ini akan berdampak terhadap kinerja emiten Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada yang bakal diuntungkan, tapi ada pula emiten yang bisa dirugikan dengan kebijakan itu.
Sebagai contoh, kebijakan pengurangan pajak bagi sektor padat karya yang memiliki ekspor minimal 30%. Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities menilai, kebijakan ini menguntungkan emiten sektor tekstil, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
Maklum, porsi ekspor SRIL pada 2012 lalu mencapai 54% dan tahun ini ditargetkan naik menjadi 60%. SRIL juga memiliki banyak jumlah pekerja.
Analis MNC Securities, Reza Nugraha, menambahkan, pengurangan pajak untuk sektor yang berorientasi ekspor juga akan membuat kinerja emiten ban makin menggelinding. Misalnya saja, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA). Kinerja kedua emiten yang berbasis ekspor ini diprediksi membaik jika kebijakan itu diterapkan.
Beleid lain yakni perbaikan ekspor mineral dengan memberikan relaksasi prosedur, juga menjadi angin segar bagi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). "ANTM bisa menggenjot penjualan bijih nikelnya," tulis Harry, dalam risetnya Jumat (23/8).
Selain ANTM, kata David Sutyanto, analis First Asia Capital, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Timah Tbk (TINS) juga diuntungkan dengan beleid mineral ini. Ia memperkirakan, dalam jangka menengah, kinerja emiten ini bisa sedikit terangkat.
Tapi, beleid menaikkan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dari 75% menjadi 125%-150% bisa mengancam beberapa emiten. Harry mencontohkan, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), yang menjual sejumlah produk kelas atas.
Toh, kata analis, efektivitas paket itu dalam memulihkan kondisi pasar masih menjadi tanda tanya. Dus, David pun menyarankan investor menahan diri dan wait and see.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News