kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Tak Penuhi Target 2024, BEI Pacu Hajatan IPO dan Kualitas Emiten di 2025


Kamis, 02 Januari 2025 / 05:37 WIB
Tak Penuhi Target 2024, BEI Pacu Hajatan IPO dan Kualitas Emiten di 2025
ILUSTRASI. Perhelatan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) tak memenuhi target Bursa Efek Indonesia (BEI).


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhelatan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) tak memenuhi target Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2024, hanya ada 41 perusahaan yang berhasil IPO padahal BEI menargetkan bisa memboyong 62 emiten. 

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna menyampaikan sebenarnya, permohonan pernyataan pendaftaran saham secara umum tidak mengalami penurunan sepanjang 2024. 

"Namun beberapa perusahaan mengalami pembatalan pencatatan saham, berupa penundaan dari calon emiten maupun penolakan dari Bursa sehubungan dengan concern," katanya, Selasa (31/12). 

Adapun penolakan yang dilakukan sehubungan dengan perhatian BEI dari segi kondisi keuangan, operasional dan aspek hukum, termasuk going concern calon perusahaan tercatat. 

Baca Juga: Inalum Beberkan Rencana IPO, Apakah Terealisasi Tahun Ini?

Nyoman bilang pihaknya memahami menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di BEI merupakan keputusan strategis bagi setiap perusahaan dan sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan. 

"Keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal dan eksternal," ucap dia. 

Dari internal perusahaan, lanjut Nyoman, kesiapan perusahaan juga merupakan faktor yang sangat krusial. Pasalnya, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari kinerja keuangan hingga pemenuhan organ CGC. 

Kemudian faktor eksternal datang dari kinerja sektor atau industri, kondisi makro ekonomi global dan domestik, baik tingkat suku bunga dan inflasi, kebijakan pemerintah dan geopolitik. 

Baca Juga: Belum Dua Bulan IPO Saham DAAZ Terbang 429,54%, Pengendalinya Untung Triliunan Rupiah

"Termasuk pemilu yang dilaksanakan di lebih dari 70 negara pada 2024 dengan total representasi terhadap populasi dan GDP Global masing-masing 54% dan 60% membuat penguasa wait and see," kata Nyoman. 

Adapun dari 41 emiten baru itu, sektor konsumer siklikal menjadi sektor dengan pencatatan saham tertinggi yaitu 13 perusahaan dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 5,7 triliun. 

Diikuti oleh sektor bahan baku sebanyak delapan perusahaan dengan dana terhimpun sebesar Rp 1,5 triliun dan sektor energi sebanyak enam perusahaan dengan dana yang berhasil diperoleh Rp 5,6 triliun. 

Baca Juga: Menilik Kembali Tren Aliran Dana Asing Jelang Pergantian Tahun

Target Hajatan IPO di 2025

Nyoman berharap prospek dari sektor-sektor yang mendominasi IPO di tahun kemarin bisa tetap bisa menarik di 2025. Terutama karena produk dari sektor tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari. 

"Selain dari sektor-sektor tersebut, kami juga berharap seluruh sektor dapat bergerak positif sehingga semakin banyak pilihan investasi untuk investor dari berbagai sektor," ujarnya. 

Dari sisi pipeline hingga 30 Desember 2024, masih ada 21 perusahaan dalam antrean untuk IPO. Di mana, tiga perusahaan di antaranya merupakan perusahaan mercusuar dengan kapitalisasi pasar jumbo. 

Untuk 2025, BEI menargetkan bisa kedatangan 66 perusahaan baru. Selain meningkatkan jumlah emiten tercatat, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana untuk mendongkrak kualitas perusahaan. 

Baca Juga: Cuan Di 2024, Harga Saham Ini Naik Ratusan-Ribuan Persen, Apakah Masih Layak Beli?

Iman Rachman, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia menyampaikan pihaknya sedang berdiskusi untuk melakukan penelaahan sejumlah aturan, termasuk meningkatkan batas ketentuan lPO. 

Seperti meningkatkan jumlah free float. Misalkan, perusahaan dengan ekuitas free float-nya akan ditingkatkan dari maksimum 10% menjadi di atas 10% sehingga bisa mendorong likuiditas. 

"Kedua, terkait persyaratan keuangan. Misalnya, saat ini perusahaan minimal beroperasi setahun, tetapi nanti akan diperpanjang lebih dari itu agar fundamental perusahaan lebih terukur," kata Iman. 

Baca Juga: Ada Potensi January Effect, Cek Arah IHSG & Rekomendasi Saham Awal 2025

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara menambahkan OJK juga sedang menyusun peraturan baru untuk memperkuat emiten. 

Adapun OJK sudah menyusun Peraturan OJK (POJK) Nomor 45 Tahun 2024 tentang Pengembangan dan Penguatan Emiten dan Perusahaan Publik, yang saat ini masih dalam tahap pengundangan. 

"OJK akan memperkuat proses IPO sehingga dapat memperoleh emiten yang berkualitas, di mana POJK untuk memperkuat emiten masuk dalam tahap perundangan di Kementerian Hukum," kata Aditya. 

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Kalimantan Tengah 2-3 Januari 2025: Berawan, Potensi Hujan Sore Hari

Menarik Dibaca: Sinopsis Drakor When The Stars Gossip yang Jadi Comeback Lee Min Ho

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×