Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Tingkat kepemilikan aset pada SPDR Gold Trust mencatatkan penurunan tajam. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, kepemilikan emas turun sebesar 12 metrik ton atau 0,9% menjadi 1.258,40 ton, kemarin (27/2). Ini merupakan level terendah sejak Agustus lalu.
Jika dilihat, penurunan aset ini sudah terjadi selama tujuh sesi berturut-turut.
Selain itu, investasi global atas emas berbasis exchange traded products (EFP) sudah anjlok 4,7% pada tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah pemulihan ekonomi AS yang memangkas permintaan emas sebagai aset haven.
"Kita memiliki data ekonomi yang semakin membaik. Hal itu berarti sentimen negatif bagi emas," jelas Dave Lutz, head of exchange traded fund trading and strategy Stifel Nicolaus & Co di baltimore. Dia menambahkan, alasan itu pula yang menyebabkan harga emas menuurun dan likuidasi keluar dari ETF.
Penurunan bulanan terburuk
Sementara itu, harga kontrak emas menuju penurunan untuk bulan ke lima pada Februari. Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.18 waktu Singapura, harga emas di pasar spot tak banyak mencatatkan perubahan di posisi US$ 1.597,50 per troy ounce. Itu artinya, sepanjang Februari ini, penurunan harga emas sudah mencapai 4%.
Pada 21 Februari 2013 lalu, harga emas menyentuh level US$ 1.555,55 per troy ounce. Ini merupakan level terendah sejak Juli lalu.
Harga si kuning tak lagi mentereng akibat pelepasan kepemilikan emas oleh investor yang jumlahnya mencapai lebih dari 100 metrik ton. Para pelaku pasar cemas bahwa stimulus AS akan segera dihentikan seiring pemulihan ekonomi AS.
Memang, jika dilihat dari tingkat volumenya, kepemilikan emas global sudah merosot sebesar 103,7 ton pada bulan ini. Lima kali lipat lebih besar dari penjualan bersih di Januari.
"Pasar emas saat ini tengah fokus pada rencana penghentian stimulus. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pasar lebih fokus pada ekspektasi pelonggaran kebijakan stimulus," jelas James Steel, analis HSBC Securities Inc.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News