Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten grup Bakrie sudah melaporkan hasil kinerja mereka di tahun 2018 lalu. Sejauh ini dua emiten yang sudah melaporkan kinerja laporan keuangan tahunan adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Tercatat dua emiten ini masih tantangan dari sisi kinerja sepanjang tahun 2018 lalu.
BUMI mencatat laba bersih tahun 2018 sebesar US$ 220,97. Jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2017 sebesar US$ 369,88 juta memang jumlahnya turun cukup signifikan. Namun tahun 2017 lalu terdorong akibat amnesti pajak dan keuntungan atas revaluasi aset yang mencapai US$ 740,38 juta.
Direktur PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava mengatakan, BUMI memiliki laba inti US$ 128 juta, naik 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi pendapatan, anak usaha BUMI yakni PT Arutmin Indonesia dan ekuitas PT Kaltim Prima Coal (KPC) pendapatannya turun tipis 2% menjadi US$ 4,92 miliar dikarenakan penjualan Arutmin dan KPC masing-masing turun sebesar 4%. Kendati demikian, harga jual rata-rata meningkat sekitar 2% menjadi US$ 59,2 per ton.
Selain itu, di tahun 2019 BUMI terus melangsungkan rencana restrukturisasi utang mereka sekitar US$ 200 juta-US$ 250 juta.
Setali tiga uang, BNBR juga terus berusaha melakukan perbaikan dari sisi kinerja, tercatat dari sisi pendapatan mengalami pertumbuhan hingga 35,83% yoy menjadi Rp 3,34 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,45 triliun. Sayangnya BNBR masih harus mencetak rugi bersih sebesar Rp 1,26 triliun.
Rugi tersebut masih disebabkan pendapatan perusahaan yang belum bisa menutupi beban pokok pendapatan dan beban lain lain BNBR yang masing-masing tercatat sebesar Rp 2,66 triliun dan Rp 1,29 triliun. Asal tahu saja, BNBR pun tengah berupaya untuk terus melakukan perbaikan khususnya dari restrukturisasi utang yang sebelumnya ditargetkan sebesar Rp 7,8 triliun.
Melihat kondisi ini tersebut, Analis Kresna Sekuritas, Robertus Hardy masih merekomendasikan beli saham BUMI dengan target harga mencapai Rp 400 per saham. Menurutnya, dari sisi laba inti, BUMI masih menunjukkan perbaikan.
Selain itu, kontribusi entitas usaha diluar KPC dan Arutmin, yakni dari PT Dharma Henwa Tbk (DEWA), IndoCoal Resources dan PT Dairi Prima Mineral secara keseluruhan memberikan kontribusi hingga US$ 3,7 juta, naik jika dibandingkan tahun lalu yang justru menyumbangkan rugi mencapai US$ 64 juta.
“Tahun ini kami memproyeksikan laba bersih bumi dapat tumbuh 17% yoy,” tulis Robertus dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Senin (1/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News