Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Harris Hadinata, Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Saham perdana PT ABM Investama Tbk laris manis. Bukan cuma investor ritel yang berebut saham perusahaan batubara ini. Investor institusi besar pun menyerbu saham perdana ABM. Perusahaan investasi Syailendra Capital termasuk salah satu investor besar yang memborong saham anak usaha Trakindo ini.
Syailendra membentuk konsorsium dengan menggandeng sovereign wealth fund (SWF) dari sebuah negara di Asia. Syailendra memborong sekitar 360 juta saham perdana ABM, setara 65% saham perdana yang dilepas ABM ke pasar.
Dengan harga penawaran sebesar Rp 3.750 per saham, artinya konsorsium Syailendra menggelontorkan dana Rp 1,35 triliun untuk memperoleh saham tersebut. Jos Parengkuan, Presiden Direktur Syailendra Capital, menuturkan IPO ABM merupakan peluang emas di tengah krisis global. "Situasi pasar saham global yang bergejolak ini justru memberi kami peluang emas untuk bisa membeli saham dengan kualitas sangat baik dalam jumlah besar dengan valuasi murah," ujar Jos dalam siaran pers, Minggu (4/12).
Jos membandingkan valuasi saham ABM dengan saham PT United Tractors Tbk (UNTR). Menurutnya, kedua perusahaan ini sama-sama memiliki prospek pertumbuhan yang bagus. Tapi, price earning ratio (PER) ABM saat ini masih sekitar 9 kali, dengan ekspektasi pertumbuhan laba 40% per tahun selama empat tahun ke depan. Sementara PER UNTR saat ini sudah mencapai 15 kali.
Syailendra saat ini membuka peluang bagi pihak lain yang ingin bergabung dalam konsorsium ini. Jos menuturkan, sedang melakukan pembicaraan intensif dengan SWF dari negara lain. Namun ia tidak menjelaskan SWF mana saja yang sudah bergabung maupun yang baru akan diajak bergabung.
Tidak likuid
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menilai masuknya Syailendra ini akan membuat pergerakan harga saham ABM di kemudian hari lebih terkendali. "Harga sahamnya akan lebih mudah dikendalikan," sebut dia. Hanya saja, Satrio mengkritisi, besarnya porsi saham IPO yang diserap konsorsium
Syailendra membuat porsi saham bagi publik jadi sangat kecil. Artinya, ada potensi saham ini menjadi tidak likuid. "Tapi apakah likuid atau tidak, kita lihat sama-sama nanti," cetus dia.
ABM melepas 550,6 juta saham, setara 20% saham. Dus, dari hajatan IPO ini, ABM berhasil memperoleh dana segar Rp 2,1 triliun. "Keberhasilan kami meraih dana lebih dari Rp 2 triliun dalam kondisi pasar yang sulit adalah suatu hasil yang luar biasa," kata Rachmat Mulyana Hamami, Komisaris Utama ABM. Rencananya, ABM akan listing 6 Desember.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News