Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah berencana menggelar kembali lelang surat utang negara (SUN) berdenominasi valuta asing untuk pasar lokal tahun depan. Instrumen baru ini untuk pertama kalinya akan dibuka lelangnya pada akhir November 2013 nanti.
Wakil Menteri Keuangan II Bambang Brodjonegoro mengatakan kalau nanti dalam penjualan perdana SUN valas untuk pasar domestik ini banyak menarik minat investor, maka pemerintah akan kembali mengadakannya di tahun depan. "Karena bagus untuk diversifikasi instrumen," ujar Bambang, Jumat (25/10).
Pemerintah sendiri telah membuka masa pendaftaran investor melalui diler utama SUN valas, mulai 21 Oktober hingga 1 November 2013. Pendaftaran ini sebagai syarat untuk dapat mengikuti lelang SUN valas akhir November 2013 nanti. Target awal instrumen ini mencapai US$ 500 juta.
Pembeli yang dituju pemerintah untuk membeli SUN valas domestik ini adalah para investor besar. Belum ada kemungkinan investor ritel untuk membelinya. Hal tersebut dkkarenakan jika nanti ritel yang membeli maka mereka akan berbondong-bondong membeli dolar. Ini tentu akan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.
Yang diinginkan pemerintah untuk lelang ini adalah bagi devisa hasil ekspor (DHE). Karena selama ini devisa hasil ekspor hanya singgah sebentar di dalam negeri untuk kemudian beralih ke bank luar negeri. "Paling tidak bagi DHE ada tempat investasi," tandas Bambang.
Maka dari itu, di tahun depan pemerintah belum akan menerbitkan instrumen baru dan akan fokus di SUN valas domestik.
Menjadikannya lebih liquid
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menilai instrumen ini bagus untuk dilakukan sebagai alternatif investasi. Ke depan agar pasarnya liquid seharusnya lelangnya dapat dilakukan lebih sering. Paling tidak setiap bulan lelang ini dapat dilakukan agar likuiditasnya besar.
Kalau likuiditasnya sedikit, dikhawatirkan lelang di pasar sekundernya tidak menarik dan tidak ada investor yang mau beli. Karena itu, pemerintah perlu mengijinkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang punya dolar untuk berinvestasi dalam bentuk valas agar pasarnya tidak sepi.
Selain itu, dalam jangka pendek lelang ini akan lebih banyak mengalihkan valas dari perbankan ke kantong pemerintah. "Jadi bukan fresh money orang yang punya dolar," terang Lana. Karena itu, dalam jangka panjang pemerintah harus memberikan kupon instrumen ini di atas bunga bank singapura agar investor tertarik masuk.
Di samping itu pemerintah pun, menurut Ekonom Samuel Sekuritas ini, perlu melakukan lindung nilai alias hedging. Cash flow pemerintah dalam bentuk rupiah sehingga perlu dilakukan hedging untuk menghindari risiko valas yang terjadi akibat kerugian kurs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News