Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menurunkan total 125 basis points suku bunga acuan sepanjang tahun 2020. Penurunan terakhir adalah sebesar 25 basis points (bps) ke 3,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2020.
Para analis melihat, penurunan suku bunga acuan ini bisa membawa angin segar bagi saham-saham perbankan. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, pemangkasan suku bunga acuan tersebut memberikan sentimen positif untuk dunia usaha dan bisa mengerek permintaan kredit. “Seharusnya bisa penyaluran kredit dapat bertumbuh lagi dengan turunnya suku bunga,” kata Sukarno, Minggu (22/11).
Analis Pilarmas Invesntindo Sekuritas Okie Ardiastama mengungkapkan hal serupa. Penurunan suku bunga ini diharapkan bisa mengerek kredit dari perbankan sehingga dapat berdampak pada ekspansi di sektor riil. “Sepanjang tahun 2020 dana pihak ketiga (DPK) naik, kami melihat hal tersebut seiringan dengan kehati-hatian masyarakat terhadap perlambatan ekonomi sehingga masyarakat memilih menyimpan dananya di perbankan,” kata Okie, Minggu (22/11).
Okie melihat, stimulus tersebut dapat berdampak pada saham-saham bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV, hal ini melihat dari sisi kekuatan fundamental dan juga pangsa pasar yang kuat. Okie bilang, prospek perbankan untuk tahun depan bisa lebih baik seiringan dengan peluang membaiknya perekonomian yang dinilai dapat berdampak pada perbaikan kualitas kredit. Penurunan suku bunga acuan ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi pada tahun depan.
Sukarno menambahkan, mayoritas perbankan dapat menikmati keputusan BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Namun, bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV memiliki potensi meraup manfaat paling dominan. “Pasalnya bisa saja akan direspons cepat untuk suku bunga deposito dan simpanan. Sedangkan suku bunga kredit akan direspons setelah beberapa bulan atau sekitar tiga bulan. Di sini bank akan menikmati margin lebih tinggi untuk beberapa bulan,” tambah dia.
Di lain sisi, dia menerangkan suku bunga rendah juga menjadi tantangan dari segi perolehan dana murah. Sukarno bilang, kesulitan dalam memperoleh dana murah bisa terjadi lantaran potensi masyarakat yang menarik dana dan lebih memilih untuk menempatkan dananya ke instrumen investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi ketimbang deposito.
Meski demikian, Sukarno melihat saham sektor perbankan memiliki prospek yang positif sejalan dengan potensi permintaan kredit yang tumbuh dengan adanya penurunan suku bunga. Oleh karena itu, Sukarno menyarankan pelaku pasar bisa mulai akumulasi beli untuk saham perbankan khususnya bank BUKU IV dan saham Bank pelat merah seperti BBNI, BBRI, BBTN, BMRI, dan BBCA.
Menurut dia, saham-saham tersebut memiliki potensi kenaikan harga minimal 10%-15% dari harga terakhir. “Selain itu, momentum window dressing jadi sentimen tambahan. Saham-saham ini jadi pilihan asing dan para big fund untuk portofolio mereka,” kata Sukarno.
Baca Juga: Panin Sekuritas mengerek target IHSG hingga akhir tahun
Dari jajaran saham-saham perbankan, Okie merekomendasikan pelaku pasar untuk bisa buy BBCA dengan target harga Rp 33.900 per saham, BBRI dengan target harga Rp 4.300 per saham, BBNI dengan target harga Rp 6.100 per saham, BMRI dengan target harga Rp 6.675 per saham, buy saham BBTN dengan target harga Rp 1.840 per saham, BRIS dengan target harga Rp 1.550 per saham, dan BTPS dengan target harga Rp 4.830 per saham.
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/11), saham BBNI terkoreksi 1,30% ke harga Rp 5.675 per saham, BBRI juga minus 0,50% ke posisi Rp 4.020 per saham, saham BBTN ambles 1,47% ke harga Rp 1.680 per saham, BMRI terkoreksi 0,40% ke Rp 6.300 per saham, dan BBCA turun 0,23% ke harga Rp 33.000.
Baca Juga: Targetkan IHSG 5.600 hingga akhir tahun, simak rekomendasi saham dari Sucor Sekuritas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News