kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Suku Bunga Acuan Ditaksir Tetap 5,75%, Cek Rekomendasi Saham Pilihan di Pekan RDG BI


Senin, 21 Agustus 2023 / 07:27 WIB
Suku Bunga Acuan Ditaksir Tetap 5,75%, Cek Rekomendasi Saham Pilihan di Pekan RDG BI
ILUSTRASI. Arah suku bunga acuan BI akan menjadi salah satu katalis penting bagi pergerakan pasar saham sepekan ke depanTribunnews/Jeprima


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan menjadi salah satu katalis penting bagi pergerakan pasar saham sepekan ke depan. Keputusan itu akan diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23 - 24 Agustus 2023.

Sejumlah analis memproyeksikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) masih akan bertahan di posisi 5,75%. 
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memperkirakan BI mempertahankan level suku bunga acuan mempertimbangkan kondisi ekonomi dalam negeri.

Merujuk pidato Presiden Joko Widodo tengah pekan lalu saat mengumumkan asumsi RAPBN Tahun 2024 dibandingkan dengan kondusi saat ini, maka ekonomi Indonesia masih cukup terkendali. Selain itu, arah suku bunga The Fed diperkirakan cenderung pivot tahun ini, sehingga belum ada alasan kuat bagi BI menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. 

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (20/8) Hari Ini

Di sisi yang lain, penurunan suku bunga juga belum tentu bisa membawa katalis positif. 

"Karena berpotensi memperbesar risiko depresiasi nilai tukar rupiah akibat laju capital outflow yang lebih deras untuk saat ini," kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Minggu (20/8).

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih turut memprediksi BI tetap menahan suku bunga di level 5,75%. Pertimbangannya, untuk menjaga tingkat inflasi dalam target hingga akhir tahun, serta meminimalisir depresiasi nilai tukar rupiah.

Adapun, nilai tukar rupiah kembali melemah, dimana kurs Jisdor berada di level Rp 15.308 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Jum'at (18/8) atau terdepresiasi -1,26% sejak awal Agustus 2023. Pelemahan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan indeks dolar AS yang kembali naik menyusul sikap hawkish lanjutan dari The Fed.

"Penurunan nilai tukar turut berdampak pada capital outflow di pasar ekuitas domestik. Secara month to date (18/8) investor asing tercatat jual bersih di seluruh pasar sebesar Rp 16,8 triliun," terang Ratih.

Chartered Financial Analyst Head of Research & Fund Manager Syailendra Capital, Rizki Jauhari mengamati pelaku pasar saat ini cenderung mengawasi pergerakan nilai tukar dolar AS - Rupiah. Kebijakan yang diambil BI diharapkan mengedepankan stabilitas rupiah.

Rizki mengingatkan, volatilitas rupiah secara historis sangat berpengaruh terhadap level indeks, baik itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun Surat Utang Negara (SUN). Terlebih, pelaku pasar saat ini juga sedang menunggu perbaikan sentimen dari global.

Di sisi lain, Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengingatkan suku bunga bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi  pergerakan instrumen investasi, termasuk di pasar saham. 
"Kita harus melihat perkembangan makro ekonomi lainnya. Seperti pertumbuhan global, geo-politik dan inflasi global juga akan turut memberikan sentimen," kata Sutopo.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan ikut menyoroti sejumlah katalis global. Dari Negeri Paman Sam, pergerakan pasar saham telah dipengaruhi oleh kombinasi sentimen dari uncertainty kebijakan moneter The Fed di FOMC mendatang, serta penurunan peringkat utang oleh beberapa lembaga di AS.

Baca Juga: IHSG Pekan Ini Dipengaruhi RDG BI, Simak Rekomendasi Saham dari Analis Berikut Ini

Dari regional, ada potensi gagal bayar  Country Garden yang menimbulkan kekhawawatiran akan pasar properti di China. "Akan tetapi, potensi gagal bayar tersebut diperkirakan berdampak terbatas ke ekonomi, mengingat kondisi ekonomi Tiongkok yang jauh lebih besar," imbuh Valdy.

Dengan katalis tersebut, perlu dicermati kembali sejauh mana ketidakpastiaan ekonomi global dapat menurunkan optimisme investor. Valdy pun memperkirakan sepekan ke depan IHSG masih akan fluktuatif pada rentang 6.780 - 6.930.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo melihat ekspektasi suku bunga acuan BI masih ditahan pada level 5,75%. Dalam jangka pendek, tidak akan membawa pengaruh signifikan karena pelaku pasar sudah mengantisipasi. Wisnu menaksir IHSG bergerak pada area support 6.840 dan resistance di 6.930.

Sementara itu, Pandhu memprediksi pekan ini IHSG akan bergerak dalam rentang 6.800 - 6.971. Pandhu menyoroti sejumlah sektor saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga. Untuk sektor perbankan, outlooknya masih optimistis bisa mempertahankan kinerja solid yang dicapai pada semester I-2023.

Sehingga, jika terjadi koreksi bisa menjadi peluang untuk buy on weakness. 

"Menarik diperhatikan saham BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI sebagai market leader, kinerja kuat dan memiliki likuiditas yang baik," sebut Pandhu.

Kemudian, sektor properti dan otomotif yang secara kinerja masih punya prospek apik. Hanya saja, pergerakan saham tampak cukup rawan karena rata-rata sudah naik cukup tinggi sejak awal tahun.

Pelaku pasar bisa mempertimbangkan sell on strength terlebih dulu untuk jangka pendek, sambil menunggu momentum lebih baik pasca koreksi. Saham-saham yang menarik dicermati adalah CTRA, BSDE, KIJA, IMAS dan AUTO.

Sedangkan untuk teknologi, Pandhu menilai hingga saat ini belum cukup menarik dengan rata-rata tingkat profitabilitas yang masih lemah. 
"Kecuali bagi investor yang memiliki tingkat kesabaran dan keyakinan tinggi pada prospek masa depan. Bisa diperhatikan GOTO sebagai market leader di sektor ini," tandas Pandhu.

Dalam pekan ini, Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk saham INDF, MEDC, dan ITMG. Target harga masing-masing ada di level resistance Rp 7.275, Rp 1.130, dan Rp 29.250.

Pertimbangkan stoploss jika INDF turun menembus level support Rp 6.900. Sedangkan posisi stoploss untuk MEDC ada di support Rp 1.010, dan Rp 27.500 sebagai pertimbangan stoploss ITMG.

Sementara bagi Valdy, saham-saham yang menarik dicermati pada pekan ini adalah MDKA, ADRO, MEDC, BBRI, BMRI, BGTG, dan AVIA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×