Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham emiten properti menghijau sejak awal 2018 hingga Rabu (14/2) alias year to date. Indeks sektor properti, real estate, dan building construction naik 8,05%. Pertumbuhan ini berada di atas rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 3,76%.
Tahun lalu, indeks sektor properti sempat menjadi pemberat indeks, dengan pergerakan minus 4,31%. Padahal pada periode 2016, saham ini sempat tumbuh sekitar 5,47%. Apakah tahun ini sektor properti mulai mendaki?
Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menilai, pertumbuhan saham yang terjadi pada awal tahun, terkait dengan penurunan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sebab, pada 2017, saham sektor ini cukup tertekan. Secara teknikal, pergerakan indeks sektor properti dan konstruksi sudah jenuh jual alias oversold pada akhir tahun lalu. Sehingga, wajar bahwa pergerakannya menguat hingga saat ini.
Rata-rata price to earning ratio (PER) emiten-emiten konstruksi maupun properti masih lumayan rendah, sehingga wajar pergerakan harga sahamnya mulai bangkit. Hingga saat ini, saham sektor properti yang memiliki PER di bawah 15x, seperti APLN, ASRI, BSDE, LPCK dan LPKR menarik dicermati.
"BSDE memiliki land bank yang masih perlu digarap menjadi kawasan dengan land value tinggi," kata Nafan, Rabu (14/2).
Dia menilai, kinerja emiten properti yang ditunjang penjualan produk komersial punya potensi besar untuk tumbuh. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang banyak ditopang oleh kalangan konsumerisme. "Emiten properti mampu menangkap peluang potensi pertumbuhan market domestik ini," imbuhnya.
Dari perspektif teknikal mingguan, Nafan merekomendasikan wait and see saham LPCK dan LPKR, meskipun LPCK memiliki PER 4,12 kali dan LPKR dengan PER 14,42 kali. Saham APLN juga masih wait and see dengan PER 6,25 kali saat ini.
Dia cenderung mencermati saham dengan pola yang berpotensi bullish, diantaranai BSDE, karena mulai terbentuknya bullish harami candlestick pattern. Ada potensi stimulus beli dengan target harga jangka panjang pada Rp 2.190.
Selain itu, ASRI juga sudah membentuk pola bullish harami candlestick pattern. Hal ini mengindikasikan adanya potens stimulus beli. "Apalagi harga sudah memantul dari garis fibonacci 0,5. Buy dengan target harga jangka panjang di level Rp 492," sarannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News