Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang sudah kemahalan menahan importir untuk melanjutkan aksi beli. Akibatnya, harga minyak nabati ini terpangkas untuk hari yang kedua.
Kontrak CPO untuk pengiriman Juni di Malaysia Derivatives Exchange melorot 0,8% ke posisi RM 3.445 atau setara US$ 1.123 per metrik ton, sebelum bergulir ke RM 3.449 pada pukul 11.28 waktu Kuala Lumpur.
Sebelumnya, harga minyak sawit memang sempat bertengger di level RM 3.497 pada 27 Maret lalu. Itu harga trading harian tertinggi sejak 10 Maret 2011.
Chung Yang Ker, analis di Phillip Futures Pte. menilai, harga sudah ketinggian, dan ada ekspektasi kenaikan harga tersebut bisa menyebabkan undurnya minat beli para importir. "Fokus pasar minyak nabati saat ini akan lebih mengacu pada laporan departemen perkebunan AS (U.S. Department of Agriculture/USDA), yang akan memberikan arah baru bagi harga minyak sawit," ujarnya.
USDA akan merilis data stok kedelai pada Jumat (30/3). Kedelai dan minyak sawit merupakan produk substitusi, di mana isu fundamental dan pergerakan harganya akan saling memengaruhi. Hasil survei Bloomberg memprediksi, per 1 Maret, stok kedelai AS kemungkinan bertambah 9,8% dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu menjadi 1,371 miliar bushel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News