kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.136   65,00   0,40%
  • IDX 7.083   2,81   0,04%
  • KOMPAS100 1.051   -4,20   -0,40%
  • LQ45 820   -5,73   -0,69%
  • ISSI 213   0,28   0,13%
  • IDX30 420   -4,57   -1,08%
  • IDXHIDIV20 500   -6,00   -1,18%
  • IDX80 120   -0,46   -0,38%
  • IDXV30 125   0,31   0,25%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Subsidi Gas Belum Diperpanjang, Begini Dampaknya ke Kinerja PGN (PGAS)


Senin, 06 Januari 2025 / 19:36 WIB
Subsidi Gas Belum Diperpanjang, Begini Dampaknya ke Kinerja PGN (PGAS)
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham Perusahaan Gas Negara atawa PGN (PGAS) setelah subsidi gas belum diperpanjang


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk alias PGN (PGAS) diprediksi bakal terkena sentimen buruk dari belum diperpanjangnya 

Asal tahu saja, kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) telah berakhir pada 31 Desember 2024 dan belum ada tanda-tanda akan diperpanjang oleh pemerintah untuk tahun 2025.

Kebijakan HGBT sebelumnya menetapkan harga gas untuk tujuh sektor industri menjadi US$ 6 per MMBTU. 

Alhasil, pelaku industri harus membayar harga gas dengan harga komersial atau umum tanpa subsidi, yaitu mencapai US$ 16,77 per MMBTU untuk pemakaian gas di luar Alokasi Gas Industri (AGIT).

Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman menjelaskan, kebijakan HGBT adalah kebijakan dari Pemerintah yang salah satunya untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri. 

“Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PGN akan mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan energi gas bumi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/1).

Baca Juga: PGN Pastikan Penyaluran Gas Bumi ke 815.000 Pelanggan Aman Jelang Libur Nataru

PGAS memperkirakan, tantangan ketersediaan pasokan gas pipa masih akan berlanjut di tahun 2025. 

Namun, perseroan berupaya aktif mencari sumber pasokan gas pipa baru serta solusi alternatif pasokan gas hasil regasifikasi gas alam cair alias liquefied natural gas (LNG) yang bersumber dari dalam negeri seperti dari Tangguh, Bontang dan Donggi Senoro. 

“Hal ini dilakukan PGN dalam upaya menjaga keberlanjutan energi nasional dengan menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan gas bumi,” paparnya.

Menurut Fajriyah, sejak pertengahan tahun 2024, PGN mulai memperkenalkan pasokan gas regasifikasi LNG dengan 100% penyaluran kepada pelanggan atas tiga cargo alokasi LNG domestik dari pemerintah. 

Untuk itu, PGN terus menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah, regulator, dan stakeholder lainnya.

“Sehingga, kami dapat memastikan pengambilan keputusan strategis yang dapat memperkuat keberlanjutan energi dan industri nasional,” ungkapnya.

PGN juga mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan rencana investasinya di tengah kondisi yang penuh tantangan. 

Sampai dengan kuartal III-2024, pencapaian belanja modal alias capital expenditure (capex) perseroan mencapai US$ 157 juta. Sebesar 59% penyerapan capex untuk segmen downstream dan lainnya dan 41% lain untuk segmen hulu.

“Untuk pedoman bisnis tahun 2025, PGAS diharapkan tetap akan melakukan pengembangan infrastruktur untuk memastikan optimalisasi dan utilisasi gas bumi di tahun ini,” paparnya.

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga melihat, PGAS mencatatkan kinerja laba yang mengesankan per kuartal III 2024. Pertumbuhan laba bersih sebesar US$ 263,38 juta, naik 32,69% secara tahunan alias year on year (YoY).

Pencapaian PGAS didorong oleh kenaikan pendapatan perusahaan yang tercatat sebesar US$ 2,81 miliar per September 2024, naik 4,46% YoY.

 

Pertumbuhan pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari kontribusi perdagangan LNG yang menyumbang sebesar US$ 161,80 juta.

“Selain itu, PGAS berhasil memaksimalkan kinerja bottom line berkat penurunan beban keuangan setelah melakukan pelunasan obligasi, yang turut berkontribusi positif terhadap kinerja finansial mereka,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/1).

Di balik pencapaian positif PGAS, terdapat tantangan besar terkait ketidakpastian subsidi gas yang diberikan oleh pemerintah. Subsidi Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang selama ini diterima oleh beberapa sektor belum diperpanjang.

Jika hal itu dibiarkan berlanjut, dapat berdampak negatif pada kinerja PGAS. Kenaikan harga gas yang menjadi sekitar US$ 16,77 per MMBTU akan meningkatkan beban biaya bagi konsumen.

Aditya melihat, hal itu tidak hanya akan membebani para konsumen, tetapi juga menekan permintaan gas PGAS. Sebab, kontribusi penjualan gas untuk sektor industri dan komersial yang menyumbang sekitar 65% terhadap pendapatan total perusahaan.

Kenaikan harga gas akan mendorong konsumen mencari alternatif energi yang lebih murah, seperti energi terbarukan atau sumber daya lain yang lebih ekonomis.

“Pada gilirannya, langkah itu dapat mengurangi permintaan terhadap gas PGAS, sehingga akan berdampak pada penurunan pendapatan dan margin keuntungan perusahaan,” ungkapnya.

Meskipun demikian, PGAS memiliki prospek positif dengan sejumlah inisiatif pengembangan infrastruktur pada periode 2025-2027 yang berfokus pada percepatan transisi energi dan pengurangan emisi karbon. 

PGAS tengah meningkatkan penggunaan LNG, yang tercermin dari peningkatan volume penyaluran gas di FSRU Lampung hingga 76% YoY. Perseroan juga mengembangkan proyek transmisi dan distribusi gas, termasuk Pipa Cirebon-Semarang tahap II dan gasifikasi Refinery Unit IV Cilacap. 

Baca Juga: PGN Gandeng BGN Kerjasama Penyediaan Pasokan Gas Bumi

Selain itu, PGAS memperluas integrasi infrastruktur gas di Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listrik, industri, dan rumah tangga, serta memanfaatkan pasokan gas dari Blok Andaman.

“Strategi itu diharapkan dapat memperkuat pendapatan dan memperlebar margin keuntungan PGN,” tuturnya.

Melansir RTI, harga saham PGAS saat ini berada di level Rp 1.715 per saham.

Aditya melihat, PGAS saat ini diperdagangkan dengan price to earning ratio (PER) sebesar 7,27x dan price to book value (PBV) 0,93x. Angka itu masih berada di bawah rata-rata perusahaan minyak dan gas lain. 

“Dengan menggunakan metode relative valuation dan pendekatan PER, maka potensi fair value PGAS diperkirakan berada di angka Rp 1.950 per saham. Ini menunjukkan potensial kenaikan sebesar 22,21%,” katanya.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, pergerakan saham PGAS tengah dalam tren menguat dengan suport pada Rp 1.700 per saham. William pun merekomendasikan beli untuk PGAS.

“Selama support ini mampu dipertahankan, maka penguatan berikutnya diestimasikan menuju level Rp 1.900 per saham,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/1).

Selanjutnya: Kasus Sengketa Klaim Asuransi Diprediksi Makin Banyak Usai Putusan MK

Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×