Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Riska Rahman | Editor: Yudho Winarto
Beban emiten berkurang
Tapi tak semua emiten merugi penurunan harga minyak. Sejumlah emiten justru diuntungkan. Pasalnya, beban operasional akan turun akibat terpangkasnya harga minyak. Reza bilang, emiten seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang menggunakan produk turunan minyak sebagai bahan baku, akan diuntungkan karena biaya produksinya turun.
Biaya produksi sektor barang konsumsi juga akan terpangkas. Lucky menilai, saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) layak diperhatikan investor selagi harga minyak dunia terjun bebas. Begitu pula saham emiten rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Saham perbankan juga termasuk saham defensif terhadap isu minyak. Apalagi secara fundamental, saham perbankan masih cukup menarik. "Tren sektor perbankan masih positif. Jadi mampu bertahan dari isu penurunan harga minyak," kata Lucky pada KONTAN, Kamis (22/6).
Indeks saham perbankan belakangan ini juga terus mengalami kenaikan dan telah menguat 16,98% sepanjang tahun. Turunnya angka kredit macet serta pertumbuhan kredit yang mulai membaik membuat sektor ini terus tumbuh dibandingkan sektor lain.
Jadi, untuk mengurangi risiko akibat penurunan harga minyak dunia yang masih berlanjut, Lucky menyarankan agar investor mengalihkan portofolio ke saham-saham defensif, seperti saham bank. Ia antara lain merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News