Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Setelah melorot tajam ke bawah level US$ 43 per barel, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) perlahan rebound meski dinilai belum akan mampu mempertahankan kenaikan dalam waktu lama.
Mengutip Bloomberg, Kamis (22/6) pukul 17.33 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Agustus 2017 di New York Mercantile Exchange melambung 0,80% ke level US$ 42,87 per barel dibanding hari sebelumnya.
Kenaikan harga ini dinilai hanya penyesuaian posisi wajar pasca penurunan yang signifikan. Ditambah lagi Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok minyak mingguan AS turun 2,5 juta barel atau lebih dalam dari penurunan pekan sebelumnya yang hanya 1,7 juta barel. Untuk sesaat laporan ini memberikan angin segar bagi harga minyak mentah.
Meski demikian, analis menilai beban negatif harga minyak mentah masih cukup besar. Pasalnya pasokan minyak mentah Nigeria diperkirakan akan lebih dari 2 juta barel per hari pada Agustus 2017 mendatang. Itu nantinya akan menjadi level tertinggi dalam 17 bulan terakhir.
“Untuk sekarang hal ini menjadi perhatian utama dan bisa membebani harga minyak lagi ke depannya,” ujar Michael Burns, Oil and Gas Partner at Law Firm Ashurst seperti dikutip dari CNBC, Rabu (22/6).
Pasalnya kini pasar terus dibayangi kelebihan pasokan yang cukup tinggi. Salah satunya datang dari laporan stok minyak mentah di pelabuhan yang pengiriman Amsterdam-Rotterdam-Antwerp per 16 Juni 2017 lalu yang mencapai 64,2 juta barel atau menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2017. Tentunya ini menambah panjang beban bagi harga minyak sehingga meski sedang naik harga belum mampu menembus lagi ke atas US$ 43 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News