Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Mengingat, BEI memiliki anggota bursa, APRDI untuk instrumen reksa dana, 30 kantor perwakilan yang tersebar di Indonesia, 464 galeri investasi bursa yang bermitra dengan berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia, serta lebih dari 400 komunitas.
BEI juga berencana untuk memperluas persebaran investor di daerah-daerah lain di Indonesia. Maklum saja, sejauh ini, sebanyak 72% investor pasar modal masih berasal dari Jawa, sedangkan 28% dari luar Jawa.
Baca Juga: Menjelang akhir tahun, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) positif
Menurut Hasan, berbagai kegiatan dan koneksi yang dimiliki BEI cukup efektif membuat persebaran investor lebih merata. "Tiga tahun lalu angkanya masih 80% di Jawa dan 20% luar Jawa. Sekarang sudah mulai lebih merata ya kita sebut ini sebagai demokratisasi akses layanan bursa," kata dia.
Tak hanya BEI, KSEI sebagai penyedia infrastruktur perdagangan efek juga akan menjalankan beberapa cara untuk menambah jumlah investor pasar modal.
Direktur KSEI Supranoto Prajogo mengatakan, pihaknya telah merancang 30 program strategis. Beberapa di antaranya adalah sentralisasi data e-KYC, simplifikasi pembukaan rekening efek, penyediaan platform e-proxy dan e-voting, dan restrukturisasi biaya layanan KSEI.
Baca Juga: Surat utang korporasi diprediksi makin meningkat didominasi BUMN
Untuk sentralisasi daya e-KYC, ke depannya, calon investor hanya perlu mengisi formulir data diri di satu lembaga saja. "Biasanya, investor akan isi e-KYC di perusahaan sekuritas kemudian di perbankan. Nanti akan ada layanan untuk sentralisasi KYC. Jadi, sekali KYC itu bisa sharing data ke berbagai lembaga," ungkap dia.
Sementara itu, simplifikasi pembukaan rekening dilakukan untuk mempercepat pembukaan rekening. "Sekarang 30 menit, nanti bakal lebih cepat lagi dengan adanya sentralisasi e-KYC dan kerja sama dengan Dukcapil," kata Supranoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News