Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) kembali terpapas pada hari ini (2/5). CPO melandai lantaran para petani di AS mempercepat penanaman kedelai. Kabar tersebut memudarkan kekhawatiran bakal merosotnya suplai minyak nabati global.
Kontrak CPO untuk pengiriman Juli di Malaysia Derivatives Exchange sempat terpangkas 0,6% ke posisi RM 3.452 atau setara US$ 1.142 per metrik ton. Itu level terendah sejak 24 April lalu. Kontrak yang sama kemudian bergulir ke RM 3.458 per metrik ton pada pukul 11.14 di Kuala Lumpur.
Departemen Perkebunan AS menyebutkan, sekitar 12% lahan kedelai sudah ditanamani sampai saat ini, dibandingkan rata-rata lima tahun sebelumnya yang hanya 5%. Ini mengindikasikan, produksi minyak kedelai pun bakal bertambah, sehingga suplai minyak nabati global bakal aman.
Senior vice president for futures and options di OSK Holdings Bhd. Donny Khor bilang, laporan itu menunjukkan penanaman sesuai jadwal. "Peningkatan penanaman kedelai itu akan berdampak negatif pada minyak sawit, karena pergerakan harganya mengikuti pasar kedelai," katanya.
Sebagai informasi, kedelai untuk pengiriman Juli di Chicago Board of Trade turun 0,7% ke level US$ 14,935 per bushel. Sementara, minyak kedelai untuk pengiriman
bulan yang sama naik 0,4% menjadi 55,15 sen per pound.
Harga minyak sawit memang tercatat telah menguat 9% di tahun ini, karena spekulasi produksi kedelai di Amerika Selatan akan surut. Hal itu dikhawatirkan akan menyebabkanya seretnya stok minyak nabati global.
"Ini fase konsolidasi dan koreksi kemungkinan akan berlanjut. Bahkan, meski angka ekspor naik tidak akan mampu mengangkat harga CPO," imbuh Khor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News