Reporter: Maggie Quesada Sukiwan, Widiyanto Purnomo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) kian merekah. Sinyal menipisnya cadangan di pasar global melambungkan harga minyak nabati ini ke level tertinggi tahun 2015. Tapi, penurunan harga minyak mentah bisa menahan laju harga minyak sawit.
Mengutip Bloomberg, Jumat (5/6) pukul 17.00 WIB, harga CPO pengiriman Agustus 2015 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,95% menjadi RM 2.341 atau setara US$ 629,47 per metrik ton.
Selama sepekan, harganya sudah merekah 5,64%. Di dalam negeri, harga minyak sawit pengiriman Agustus 2015 di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) naik 0,71% ke posisi Rp 8.510 per kilogram.
Research and Analyst Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, stok CPO Malaysia per Mei lalu diperkirakan berkurang 3,2% jadi 2,12 juta metrik ton. Proyeksi ini berdasarkan lonjakan volume ekspor Malaysia.
Menurut survei SGS (Malaysia) Sdn., sepanjang Mei lalu, ekspor Malaysia meningkat 44% menjadi 1,55 juta ton. Ini peningkatan terbesar sejak Maret 1997. Lanjut Deddy, pertumbuhan ekspor juga terjadi di Indonesia.
Produsen terbesar minyak sawit ini mencatat kenaikan volume ekspor sebesar 11% menjadi 2,25 juta metrik ton pada bulan Mei lalu. "Jadi kemungkinan stok akan menipis, karena permintaan ekspor meningkat," paparnya, Jumat (5/6).
Head of Research and Analyst Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyebut, kenaikan permintaan minyak sawit terjadi menjelang bulan Ramadhan. Tak heran, harganya terkerek Selain itu, kata Ariston, reli harga CPO juga terjadi seiring pelemahan mata uang ringgit Malaysia (RM) terhadap dollar Amerika Serikat.
Tren pelemahan ringgit sudah berlangsung sejak 25 Mei lalu. Saat ringgit murah, harga jual CPO pun lebih terjangkau. Namun, ketika permintaan melonjak ini, suplai minyak sawit diperkirakan seret.
Kata Deddy, kejadian El Nino bisa menyebabkan gangguan cuaca, seperti kekeringan. Nah, kekeringan bisa menurunkan hasil produksi minyak sawit. "Dengan sinyal menipisnya stok, sedangkan permintaan naik, harga CPO terdongkrak," ujar Deddy.
Rawan koreksi Meski mengalami tren naik, Deddy mengingatkan, harga CPO tetap rawan terkoreksi. Sentimen penurunan harga minyak mentah dunia bisa berimbas negatif pada harga komoditas minyak sawit.
Apalagi, Ariston menduga, faktor bulan Ramadhan tidak cukup kuat menopang harga dalam waktu panjang. Sebab, secara historis saat momentum Ramadhan tahun lalu, pergerakan harga CPO kurang bergairah. Menurut Ariston, harga CPO akan menjajal level psikologis US$ 2.400 per metrik ton. “Selama level tersebut belum ditembus, harga akan terus konsolidasi,” proyeksi Ariston.
Secara teknikal, Deddy melihat, harga minyak sawit sedang naik terbatas, sehingga cukup rawan terkoreksi. Saat ini, pergerakan harga jauh di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200. Lalu, moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif, yaitu 36. Namun, dua indikator lainnya menunjukkan harga rentan terkoreksi.
Relative strength index (RSI) sudah mencapai level 66, dan stochastic di level 81. "Sehingga secara teknikal, kenaikan harga CPO belum untuk jangka panjang," jelas Deddy.
Deddy menduga, pekan depan, harga minyak sawit akan bergerak di kisaran RM 2.225 hingga RM 2.350 per metrik ton. Adapun, Ariston memperkirakan, harga CPO akan memasuki area konsolidasi baru di kisaran RM 2.230 hingga RM 2.400 pe metrik ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News