Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Stok yang melimpah akan membuat harga minyak dunia tersungkur. Analis PT SoeGee Futures Nizar Hilmy mengatakan, saat ini sisi permintaan dan stok produksi minyak tidak ada yang berubah. Harga yang masih terlalu tinggi karena posisi index US$ yang tinggi menekan permintaan minyak.
Di sisi lain stok minyak mentah global terus membanjir. Salah satunya terlihat dari rilis data Energy Information Administration (EIA) AS pada Rabu (18/3) lalu bahwa stok minyak mentah mingguan AS melonjak. Stok minyak mingguan AS membludak menjadi 9,6 juta barel per hari padahal minggu sebelumnya hanya 4,5 juta barel per hari.
“Faktanya tingginya angka stok ini menekan harga minyak cukup dalam di pasar,” jelas Nizar. Keadaan ini pun masih sulit berubah. Penyebabnya lainnya adalah keengganan OPEC untuk memangkas produksinya.
Produksi OPEC sampai Februari 2015 masih berada di level 30.600.000 barel per hari. Ini masih melebihi target produksi harian OPEC yang telah disepakati pada November 2014 yakni sebesar 30 juta barel per hari. Sehingga stok minyak di pasar tidak terbendung.
Sehingga penguatan minyak hanya berharap pada koreksi index USD seperti pada akhir pekan lalu. “Untuk semester satu ini harga akan menguji bottom level US$ 40 per barel,” duga Nizar. Karena berdasarkan pergerakan harga minyak sepanjang Juni 2014 hingga Januari 2015 ini harga minyak sudah terendam sebanyak 60%.
Ditambah lagi dari waktu ke waktu stok minyak di pasar global bukannya mengering malah semakin membanjir. Sedangkan index USD juga masih berada di level-level tertingginya dan masih berpeluang untuk menguat terus. “Akhir tahun jika index US terus dikisaran 100 harga minyak bisa terlempar ke level US$ 35 per barel,” tambah Nizar.
Secara teknikal, Nizar mengatakan bahwa harga saat ini bergerak di bawah moving average (MA) 10 dan 25 yang menunjukkan bearish. Garis moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area negatif dengan pergerakan menurun. Relative strength index (RSI) di level 35% dan stochastic masih di bawah level 20% sehingga keduanya masih mengajak bergerak ke bawah.
Melihat hal ini Nizar menduga Senin harga minyak masih berpeluang melanjutkan pelemahan. “Jika index USD melemah lagi, pelemahan minyak terbatas,” tambahnya. Untuk Senin (23/3) prediksi harga minyak di antara US$ 45-US$ 48 per barel. Sepekan mendatang bisa bergulir di kisaran US$ 42 – US$ 46 per barel.
Agus memprediksi Senin (23/3) harga minyak bergerak sekitar US$ 42-US$ 47 per barel. “Kalau sepekan ke depan antara support US$ 40 per barel dan resistance US$ 48 per barel,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News