Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Minyak mentah diperdagangkan di dekat level tertinggi dua hari terakhir di New York. Ini terjadi setelah pemerintah Amerika Serikat menyebutkan penurunan stok bensin mencapai level terbesar dalam 12 tahun terakhir akibat naiknya permintaan dan rehatnya kegiatan di unit pengilangan.
Kontrak minyak WTI untuk pengiriman Mei diperdagangkan naik 21 sen ke US$ 107,32 per barel, pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pukul 09.40 waktu Sydney. Kemarin, kontrak yang sama melejit 86 sen ke level US$ 107,11. Sementara, minyak Brent untuk penyelesaian Mei naik 1,6% dan mengakhiri sesi perdagangan di ICE Futures Europe di US$ 122,88 per barel. Ini penutupan tertinggi sejak 11 April.
Reli minyak terjadi setelah kemarin Departemen Energi mengatakan stok bensin turun 7 juta barel menjadi 209,7 juta barel per pekan lalu. Penurunan ini yang terbesar sejak 9 Oktober 1998. Padahal, pasar memprediksi penurunan hanya 1 juta barel, karena naiknya konsumsi bahan bakar dalam lima bulan terakhir.
Analis sumber daya alam dari Weiss Research Sean Brodrick menyebut, tingginya harga belum cukup berpengaruh terhadap permintaan, untuk bisa mengakhiri tren bullish. "Yang menarik pada stok bensin di mana turun tujuh kali lebih besar daripada yang diperkirakan orang," katanya.
Kenaikan harga minyak di New York juga ditopang peningkatan penjualan ritel di AS untuk bulan Maret. Ini artinya angka penjualan ritel AS telah naik dalam sembilan bulan berturut-turut, dan menunjukkan perbaikan pada pasar tenaga kerja.
Sementara, Bank of America Merrill Lynch memperkirakan harga minyak akan tetap tinggi. Minyak berjangka diperkirakan mungkin melebihi US$ 140 per barel dalam tiga bulan ke depan, seiring cepatnya peningkatan konsumsi dan suplai akan terpangkas akibat konflik bersenjata di Libya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News