kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.203   61,60   0,86%
  • KOMPAS100 1.107   11,66   1,06%
  • LQ45 878   12,21   1,41%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 449   6,54   1,48%
  • IDXHIDIV20 540   5,97   1,12%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 135   0,73   0,55%
  • IDXQ30 149   1,79   1,22%

Stimulus bank sentral dunia jadi pengungkit harga minyak


Kamis, 19 Maret 2020 / 18:45 WIB
Stimulus bank sentral dunia jadi pengungkit harga minyak
ILUSTRASI. Minyak mentah.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat anjlok dan menyentuh level US$ 20-an barel per hari, harga minyak dunia mulai merangkak naik. Merujuk Bloomberg, hari ini, Kamis (19/3) pukul 18.30 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) menguat 11,73% ke level US$ 22.76 per barel.

Direktur Garuda TRFX Berjangka Ibrahim menyebut kenaikan ini ditopang oleh sentimen stimulus yang digelontorkan oleh bank-bank sentral dunia. Pagi tadi Bank Sentral Eropa telah meluncurkan paket kebijakan Program Pembelian Darurat Pandemi dengan mengucurkan dana sebanyak US$ 820 miliar.

Baca Juga: Harga gas industri turun, ini dampaknya ke industri migas hulu sampai hilir

“Stimulus ini dilakukan untuk mendukung ekonomi Eropa dan diharapkan bisa kembali menggairahkan permintaan terhadap minyak. Sehingga ini kemudian mengangkat harga minyak dunia,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Meski demikian, Ibrahim melihat kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral Eropa hanya akan mengangkat harga minyak dunia sementara. Pasalnya, jika mengacu ke pergerakan teknikal, Ibrahim melihat minyak dunia justru tengah mengarah turun ke level US$ 19 per barel.

Ibrahim menjelaskan, hingga sekarang kondisi fundamental minyak dunia sebenarnya belum membaik. Mulai dari perang harga antar produsen, hingga kemungkinan perlambatan permintaan terhadap minyak.

“Sekarang pasar sedang panik karena persebaran corona sehingga membuat banyak kalangan memprediksikan pertumbuhan ekonomi global kembali turun dari 2,4% menjadi 2,2%. Tak ayal, ini kemudian semakin menekan fundamental harga minyak,” terang Ibrahim.

Oleh karena itu, Ibrahim memproyeksikan dalam waktu dekat besar kemungkinan harga minyak dunia akan berada di level US$ 19 per barel. Sementara untuk semester I, Ibrahim menghitung minyak dunia akan berada di kisaran US$ 17,5 per barel-US$ 24 per barel.

Ibrahim juga menyebut, kondisi tersebut tidak hanya menimpa ke minyak dunia. Melainkan, hal serupa juga menimpa ke komoditas energi lainnya secara merata. Pasalnya, jatuhnya berbagai bursa saham tak terlepas dari emiten energi yang turut mencatatkan kinerja negatif di situasi saat ini.

Baca Juga: Turunnya harga minyak dinilai bisa jadi momentum kurangi beban masyarakat

“Tetapi berbeda dengan minyak, komoditas energi lainnya sebenarnya dari segi fundamental masih cukup bagus. Hanya saat ini, pelaku pasar lebih memilih memegang uang cash sehingga pada akhirnya komoditas energi harganya pun jatuh,” papar Ibrahim.

Ibrahim menegaskan, saat ini kondisi yang bisa mengangkat kinerja komoditas energi adalah ditemukannya vaksin virus corona dan persebaran virus corona di seluruh dunia mulai mereda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×