Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah membatalkan rencana menerbitkan surat utang global (global bond) senilai US$ 200 juta, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) kini siap merilis obligasi berdenominasi dollar Singapura. Emiten ini akan menerbitkan surat utang S$ 100 juta secara bertahap.
Erlin Budiman, Hubungan Investor SSIA menyebutkan, tahun ini perseroan masih mencari pendanaan melalui kombinasi pinjaman bank dan penerbitan obligasi. Dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal. SSIA tetap berencana menerbitkan surat utang, meski kondisi pasar tidak kondusif. Emiten ini ingin mempercepat akuisisi lahan di wilayah Subang, Jawa Barat.
"Target tahun ini kami mau mengakuisisi 500 hektare (ha). Tapi kami ingin percepat, kalau ditunda khawatir harga semakin mahal," ungkap Erlin, kepada KONTAN, baru-baru ini.
Jika mengandalkan pinjaman perbankan tidak mungkin. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) tidak mengizinkan pinjaman bank untuk tujuan akuisisi lahan. Tak hanya itu, risiko pinjaman bank juga cukup besar, mengingat suku bunga begitu volatil. Sementara melalui obligasi bisa meraih dana dalam jumlah besar.
SSIA memang membutuhkan pendanaan tahun ini karena kas dan setara kas per Maret 2015 hanya Rp 1,2 triliun. Sementara SSIA membutuhkan belanja modal Rp 1,7 triliun untuk akuisisi lahan, pembangunan sarana dan prasarana di Kawasan Industri Suryacipta Karawang, pembangunan SSI Tower serta pembangunan konstruksi business hotel.
"Pendanaan diperlukan untuk menjaga cash flow," ujar Erlin. Menurut dia, obligasi dollar Singapura saat ini lebih menguntungkan ketimbang dollar AS. Pasalnya, rating obligasi Singapura lebih bagus sehingga kupon bisa lebih rendah. Di sisi lain, tawaran SSIA akan lebih mudah terserap karena investor Singapura lebih familiar dengan industri di Indonesia.
Jika memaksakan merilis obligasi dollar AS, SSIA akan menanggung kopon sangat tinggi di tengah situasi ekonomi kurang bagus dan tekanan nilai tukar yang cukup besar. Hingga Juli tahun ini, SSIA baru menyerap belanja modal 30% atau sekitar Rp 510 miliar.
Dana itu digunakan untuk akuisisi lahan dan pembangunan hotel. SSIA berhasil membebaskan 260 ha lahan di Subang, Jawa Barat. Sejak tahun lalu, perseroan ini telah mengantongi izin untuk mengembangkan 2.000 ha lahan menjadi kawasan industri.
SSIA juga telah membangun tiga hotel bintang tiga, bernama Batiqa di Jababeka, Cirebon dan Palembang. Sebelumnya, SSIA berencana membangun empat hotel Batiqa tahun ini dengan investasi Rp 350 miliar. Tapi rencana membangun Batiqa Hotel Pekanbaru ditunda karena menjaga kondisi keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News