Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah tertekan di akhir pekan, harga minyak mentah WTI berhasil terangkat naik di perdagangan hari ini. Meski kenaikan ini dinilai rentan koreksi.
Mengutip Bloomberg, Senin (22/2) pukul 15.20 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 di New York Merchantile Exchange melesat 2,02% ke level US$ 30,24 per barel dibanding hari sebelumnya.
Dukungan bagi kenaikan harga minyak ini disinyalir disebabkan oleh rencana yang dilakukan oleh Rusia dan Arab Saudi untuk melakukan oil freeze alias pembekuan produksi. “Penguatan ini lebih disebabkan oleh spekulasi sesaat,” tutur Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures.
Sebabnya hingga kini langkah lanjutan dari oil freeze belum ditentukan. Jadi masih belum jelas akan seperti apa ke depannya. Hal ini senada dengan pendapat Jeff Currie, Head of Commodities Research Goldman Sachs Group Inc, bahwa saat ini oil freeze tidak seluruhnya mengubah pandangan pasar akan tren harga minyak yang masih bearish.
Salah satu faktor yang masih mengkhawatirkan pasar adalah bagaimana sikap Iran menghadapi hal ini. Pasalnya Menteri Minyak Iran, Bijan Namdar Zanganeh hanya mengatakan menyambut baik rencana tersebut. Tapi tidak mengatakan sikap Iran dengan tegas.
Ada pertanyaan di pasar apakah Iran akan tetap meningkatkan ekspornya sebesar 1 juta barel di tahun ini atau tidak. Selain itu ada kekhawatiran pasar terhadap gagalnya komunikasi antara para produsen minyak ini. Karena hingga saat ini Arab Saudi pun masih mengejar pangsa pasar yang besar.
Menurut Amrita Sen, Chief Oil Analyst di Consulting Firm Energy Aspects Ltd bahwa pemangkasan produksi minyak masih sangat sulit terjadi. Yang tercipta di pasar saat ini hanya spekulasi karena sebenarnya ketidakpastian di pasar global masih tinggi.
“Secara keseluruhan tren harga minyak masih bearish,” duga Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News