kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Skema terburuk, harga minyak bisa ke US$ 100 per barel


Minggu, 15 September 2019 / 18:09 WIB
Skema terburuk, harga minyak bisa ke US$ 100 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpangkasnya produksi minyak di Arab Saudi akibat serangan drone, dinilai tak mampu menahan harga minyak berada di level tinggi untuk waktu yang lama. Bahkan, muncul kecurigaan bahwa kecelakaan di kilang minyak Aramco memiliki unsur geopolitik untuk menjaga harga minyak tak jatuh terlalu dalam. 

Asal tahu saja, pada Sabtu (14/9) kilang minyak Saudi Aramco diserang 10 drone. Akibatnya, dua kilang minyak terbakar dan menyebabkan produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barel per hari atau sekitar 50% dari total produksi Negeri Raja Minyak tersebut.

"Geopolitical event Aramco ini bisa memicu harga naik tembus US$ 60 per barel, di jangka pendek. Tapi enggak akan lama, harga akan masuk lagi ke area US$ 50 per barel-US$ 60 per barel untuk jangka menengah," ungkap Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono kepada Kontan.co.id, Minggu (15/9).

Baca Juga: Pasca serangan drone, bursa Arab Saudi dan Teluk ikut 'terbakar'

Wahyu tak menampik bahwa terbakarnya kilang di Saudi Aramco bakal memberikan dampak, apalagi jika berkaitan dengan Saudi. Arab Saudi memiliki major solo produser, Aramco, dengan wilayah kilang dan jalur transportasi terpusat. 

Kondisi tersebut rentan terhadap ancaman dan gangguan produksi, baik teknikal maupun geopolitik oleh teroris atau perang negara lain. Lain halnya dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang sama-sama produsen raksasa minyak. Mereka memiliki perusahaan yang relatif jamak dengan area kilang dan jalur transportasi beragam.

Dari sisi harga, Wahyu menilai kenaikan harga US$ 10 per barel masih wajar sebagai dampak dari terbakarnya kilang Aramco. Tentunya, dengan asumsi akan segera ada recovery dari produsen kilang minyak tersebut.

Baca Juga: Dana asing meninggalkan saham, pindah ke obligasi

Namun, jika kondisi berlarut maka ada potensi bagi harga minyak naik US$ 10 per barel hingga US$ 20 per barel. Bahkan, bukan tidak mungkin untuk harga minyak dunia menyentuh level US$ 100 per barel, sebagai skenario terburuk.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×