Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks LQ45 akan melakukan rebalancing hasil evaluasi mayor untuk menyesuaikan 100% saham free float. Sejumlah analis menilai penyesuaian ini cukup berpengaruh pada anggota konstituen LQ45 termasuk di dalamnya sektor konsumer.
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, emiten sektor konsumer khususnya dengan saham publik yang beredarnya kecil seperti HM Sampoerna (HMSP, anggota indeks Kompas100 ini) dan PT Unilever Tbk (UNVR, anggota indeks Kompas100 ini) bobotnya akan turun jauh.
“Secara umum saham mereka akan banyak dilepas oleh investor yang menggunakan strategi indexing sehingga dalam jangka pendek akan ada tekanan untuk saham-saham tersebut. Jadi investor seharusnya waspada,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (8/7).
Namun menurut Wawan yang harus dijadikan catatan bagi investor adalah free float saham tidak berpengaruh pada fundamental HMSP maupun UNVR. Keputusan melepas saham karena terpaksa untuk menyesuaikan free float 100%.
Wawan bilang kedua emiten konsumer tersebut potensi terdepaknya kecil karena secara fundamental dan frekuensi transaksinya tinggi. Frekuensi saham HMSP 5.957 sedangkan UNVR frekuensinya 2.313.
Asal tahu saja saham HMSP turun sejak tiga bulan yang lalu akibat penyesuaian saham free float. Hari ini, Senin (8/7), saham HMSP ditutup terkoreksi hingga 90 poin ke Rp 3.180 dan saham UNVR tetap ditutup menguat 50 poin ke Rp 45.000.
Wawan bilang investor bisa memanfaatkan momentum turunnya saham HMSP dan UNVR dengan melakukan akumulasi beli.
Menurut Wawan syarat konstituen pengisi indeks LQ45 bukan hanya dilihat berapa banyak rasio free float-nya tapi seberapa sering transaksi frekuensinya dan kinerja fundamentalnya. Jadi terdepak atau tidaknya juga tergantung pada penilaian lain yakni frekuensi transaksinya.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menyatakan, beberapa saham di sektor properti berpotensi masuk ke indeks ini saat rebalancing. “Perkiraan mungkin CTRA, anggota indeks Kompas100 ini, SMRA, anggota indeks Kompas100 ini, SSIA, anggota indeks Kompas100 ini karena transaksi dan perform sahamnya lebih baik dari IHSG,” ujarnya.
Saham lainnya yang diproyeksikan memasuki indeks LQ45 adalah PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST, anggota indeks Kompas100 ini), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON, anggota indeks Kompas100 ini), dan PT Wijaya Karya (WIKA, anggota indeks Kompas100 ini) juga berpeluang masuk.
Suria menyatakan saham poultry seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN, anggota indeks Kompas100 ini) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG, anggota indeks Kompas100 ini) malah diproyeksikan keluar karena menurut Suria performanya kurang baik.
Strategi lain yang bisa dicermati investor indexing adalah melepas saham dengan free float kecil dan masuk ke saham free float besar karena dengan penyesuaian ini saham dengan rasio free float yang besar akan diuntungkan.
Wawan merekomendasikan investor bisa mencermati saham PT Mandiri (BMRI, anggota indeks Kompas100 ini) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100 ini) yang otomatis bobotnya akan bertambah sehingga semakin menguatkan sentimennya di pasar.
Wawan menyarankan investor memasuki saham-saham big caps khususnya perbankan karena akan diuntungkan dengan potensi pemangkasan suku bunga dan kemungkinan dana asing yang akan masuk.
“Spesifik berbicara BBCA investor bisa melakukan investasi jangka panjang dengan target harga Rp 33.000 hingga akhir tahun,” ujarnya.
Adapun saham BMRI yang ditargetkan jangka pendek ke target harga Rp 8.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News