Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan kebel melihat, permintaan kabel di awal tahun 2022 cenderung stagnan atau sama dengan tahun lalu. Maka dari itu, para produsen kabel ini masih berhati-hati dalam menjalankan stretagi bisnis dan tetap melanjutkan efisiensi untuk mempertahankan kinerja.
Sekretaris Perusahaan PT Voksel Electric Tbk (VOKS), Sachje Amalia Siddharta mengatakan bahwa pihaknya masih memantau keadaan pandemi Covid-19 yang saat ini kembali melonjak.
"Pastinya kami wait and see. Meskipun kami tetap beroperasi as usual dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk memastikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja," jelasnya kepada Kontan.co.id saat dihubungi Senin (7/2).
Melansir laporan paparan publik Desember 2021, Direktur Voksel Electric, Shen Shao Junhua mengatakan, perusahaan menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 50 miliar.
Dana capex itu akan dialokasi untuk maintenance dan instalasi mesin serta peralatan. Namun, dia menegaskan, penggunaan anggaran capex ini bersifat fleksibel dan akan dimodifikasi mengikuti perkembangan ekonomi dan bisnis kabel di 2022.
Baca Juga: Tahun depan, Voksel Electric (VOKS) siapkan capex Rp 50 miliar
Shen menambahkan, sebagai bagian dari strategi efisiensi dan efektivitas, VOKS akan terus berupaya menekan beban bunga non-produktif dengan mengurangi jumlah pinjaman bersamaan dengan upaya optimalisasi sumber daya yang dimiliki untuk menjaga tingkat produktivitas tetap tinggi.
Sementara itu, Direktur PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM), Petrus Nugroho mengungkapkan, memang saat ini permintaan kabel masih sama atau stagnan seperti 2021. Jika ada peningkatan, itu sifatnya proyek.
"Untuk di tahun ini, peluang tetap ada dari pasar swasta, mengingat PLN masih belum menjanjikan walaupun ada," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/2).
Meskipun proyek mega listrik 35 GW tetap berjalan, selama setahun belakangan KBLM mengakui masih belum merasakan adanya peningkatan permintaan yang signifikan. Menurutnya, permintaan proyek tersebut ke KBLM masih jauh dari kuantitas kapasitas pabrik.
Adapun saat ini pihaknya juga telah merasakan adanya permintaan kabel dari sektor energi baru terbarukan (EBT) meskipun supply-nya tidak besar. Produk yang biasa digunakan untuk transmisi listrik yang bersumber dari energi bersih tersebut bernama bare conductor.
Dengan adanya permintaan yang masih stagnan, KBLM melanjutkan strategi bisnis yakni mencoba seluas luasnya memasok ke distributor dan ke daerah. Adapun strategi internal adalah tetap melanjutkan efisiensi. Petrus mengatakan, pihaknya berharap dapat melewati 2 tahun-3 tahun ini.
Baca Juga: Emiten kabel memacu kinerja di sisa tahun ini
Di tahun ini, Petrus melihat saat ini permintaan dari sektor swasta masih bisa dilayani dengan kapasitas yang ada, maka KBLM belum berencana menambah belanja modalnya.
Asal tahu saja, KBLM menyiapkan belanja modal di 2020 sebesar Rp 20 miliar. Adapun pada 2021 hingga kini di 2022 pihaknya belum merencanakan ada tambahan belanja modal lagi. "Rencana tersebut tentu sambil menunggu keadaan," tegas Petrus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News