Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah tampil perkasa sepanjang sepekan ini. Sikap Federal Reserve (The Fed) yang dovish dan membaiknya komunikasi antara pemerintahan yang lama dan yang akan datang menjadi pendorong penguatan rupiah.
Berdasarkan Bloomberg, rupiah spot ditutup di level Rp 16.278 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (7/5). Artinya, rupiah menguat 0,59% dibandingkan dengan pergerakan rupiah di akhir pekan lalu, yakni saat ditutup di level Rp 16.375 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, rupiah menguat seiring indeks dolar (DXY) yang melemah. Adapun penguatan rupiah disebut didorong dari membaiknya komunikasi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan TKN kepada pasar.
"Sehingga memberikan rasa tenang kepada pasar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7).
Masih dari dalam negeri, pada pengumuman cadangan devisa tadi pagi juga terdapat tambahan sebesar US$ 1,2 miliar. Inflow tersebut didorong penerbitan global bond oleh pemerintah pada 25 Juni lalu.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 16.277 per Dolar AS, Intip Proyeksi untuk Senin (8/7)
Di sisi lain, koreksi indeks dolar AS karena ekspektasi pemangkasan Fed Rate yang sedikit meningkat. Lalu, juga didorong risiko politik di Uni Eropa yang mulai berkurang.
"Untuk politik, di AS juga ada rasa kurang percaya karena calon Presiden dinilai sudah terlalu tua dan kebijakannya juga dinilai masih kurang dampaknya terhadap publik," sebutnya.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, pernyataan dovish dari Ketua The Fed Powell serta data-data ekonomi AS yang lebih lemah. Meski begitu, ia menilai prospek pergerakan rupiah masih akan tergantung data unemployment dan non-farm payroll AS.
Data NFP diperkirakan akan menunjukkan angka yang lemah atau sesuai konsensus. Namun apabila sebaliknya, diperkirakan pelemahan dolar AS akan terhenti sementara.
Selain itu, investor juga masih perlu mengantisipasi data inflasi AS yang akan dirilis Kamis depan. "Walau masih tertekan, namun pelemahan dolar AS diperkirakan tidak akan besar hingga data inflasi tersebut dirilis," kata dia.
Dari domestik, akan ada dirilis data penjualan ritel dan indeks kepercayaan konsumen. Dengan berbagai hal tersebut, Lukman perkirakan rupiah akan bergerak di Rp 16.200 - Rp 16.350 per dolar AS pada Senin (8/7).
Adapun Fikri juga berpendapat serupa. Menurutnya, jika data unemployment rate dan NFP sesuai konsensus maka DXY bisa turun di bawah 105. "Rupiah akan bergerak di US$ 16.220 - Rp 16.300 per dolar AS," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News