Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama Juli 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 0,52%. Meski demikian, IHSG berhasil menghijau 0,21% atau naik 13,509 poin menjadi 6390,505 di penutupan perdagangan terakhir bulan Juli (31/7).
Akan tetapi, tren penguatan ini tidak berlangsung lama. Memasuki bulan baru (1/8), IHSG tercatat koreksi 0,14% ke level 6381,542 poin. Koreksi berlanjut ke perdagangan selanjutnya dimana IHSG ditutup melemah 0,65% menjadi 6349,180 di perdagangan Jumat (2/8).
Baca Juga: Kinerja keuangan emiten pengaruhi pergerakan IHSG bulan Agustus ini
Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyebut tren pelemahan masih akan mewarnai pergerakan IHSG sepanjang bulan kemerdekaan. Salah satu penyebabnya adalah sentimen negatif dari global.
“Dari global masih banyak ketidakpastian,” ujarnya kepada Kontan.co.id (3/8).
Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi di kisaran 2% hingga 2,25% masih menjadi penyumbang depresiasi IHSG.
Penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed memberi tanda yang kurang positif. Pernyataan Jerome Powell mengindikasikan penurunan suku bunga hanya bersifat sesaat.
“The Fed kurang bisa menjamin kelanjutan penurunan suku bunga,” ujar Robertus.
Senada dengan Robertus, Kepala Riset Narada Asset Manajemen Kiswoyo Adi Joe mengatakan bahwa IHSG masih akan cenderung melemah di Bulan Agustus ini.
Namun menurutnya, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh The Fed harusnya dapat berimbas positif terhadap pergerakan IHSG “Tapi kan kemarin The Fed baru saja menurunkan suku bunga, harusnya berefek positif,” terang Kiswoyo.
Baca Juga: IHSG diprediksi melemah di Agustus, simak saham rekomendasi analis
Selanjutnya adalah agenda Britain Exit (Brexit) yang masih berlarut-larut. Menurut Robertus, ketidakpastian Inggris keluar dari Uni Eropa pasca pergantian perdana menteri dapat memberi sentimen terhadap pergerakan IHSG.
Seperti yang diketahui, hingga saat ini Inggris belum resmi keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Jonson, masih emoh berdiskusi dengan pemimpin Uni Eropa lainnya terkait negosiasi Brexit.