Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diprediksi akan menguat pada akhir tahun ini mengindikasikan potensi return reksadana saham yang masih terbuka lebar. Hanya saja menurut Analis PT Infovesta Utama, Vilia Wati, IHSG akan bergerak fluktuatif mengikuti perkembangan sentimen global dan domestik pada tahun ini.
Lalu bagaimana strategi investor menghadapi kondisi ini? Vilia mengatakan meskipun fluktuatif sepanjang 2015, investor reksadana saham tidak disarankan untuk keluar masuk mengikuti pasar. Alasannya, manajer inevstasi (MI) akan membebani biaya pembelian dan penjualan unit penyertaan yang rata-rata 1% hingga 2%.
“Hal tersebut justru membuat return yang didapat investor menjadi tidak maksimal,” ujar Vilia. Ia menyarankan agar investor menahan dana investasi reksadana sahamnya dalam jangka panjang. Saat IHSG tengah terkoreksi, Vilia bahkan menyarankan agar investor membeli unit penyertaan reksadana saham secara bertahap sehingga mendapat NAB/UP yang rendah.
Infovesta Utama memprediksi tahun ini kinerja reksadana saham bisa memberi return antara 11% hingga 14%.
Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan jika target return investor telah tercapai, investor dapat merealisasikan keuntungan tersebut. “Hanya saja sebaiknya investor punya waktu untuk memantau IHSG supaya tau kapan bisa masuk kembali,” ujarnya.
Menurutnya hal ini untuk memanfaatkan kenaikan IHSG hingga akhir tahun. Ia memprediksi IHSG bisa tumbuh 20% hingga 22% tahun ini. Sedangkan indeks return reksadana saham bisa 3% hingga 5% di atas pertumbuhan IHSG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News