Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keinginan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) melakukan ekspansi membuatnya memberanikan diri menggelar penawaran saham perdana atawa initial public offering (IPO) di tahun ini. Akhirnya, Kamis (11/7), perusahaan produsen sawit ini resmi masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Asal tahu saja, dari pelaksanaan IPO tersebut, MGRO melepas 703,68 juta saham di harga Rp 225. Alhasil, perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan ini mendapat dana segar mencapai Rp 158,82 miliar.
MGRO berniat fokus mengembangkan bisnis hilir, sebelum kemudian mengembangkan bisnis segmen hulu. Usli Sarsi, Direktur Utama MGRO mengatakan, 60% atau sekitar Rp 95 miliar dana yang diperoleh dari IPO bakal digunakan untuk pengembangan bisnis hilir melalui entitas anak usaha. Sedangkan, sisa dana IPO digunakan untuk modal kerja anak usaha.
Dana ekspansi lebih besar dialokasikan untuk pengembangan bisnis hilir karena dengan mengembangkan industri hilir maka MGRO bisa memberikan nilai tambah pada pendapatan dan margin perusahaan. Pengembangan industri hilir akan MGRO mulai melalui entitas anak, PT Intan Sejati Andalan, yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Di lokasi yang dimiliki anak usaha MGRO tersebut, bakal dibangun pabrik refinery dengan kapasitas olah sebesar 1.500 ton per hari. Selanjutnya, di lokasi yang sama perusahaan ini juga akan membangun kernel crushing plant, yang memiliki kapasitas sebesar 200–400 ton per hari.
Usli menargetkan, pembangunan pabrik akan selesai selama delapan bulan ke depan, atau sekitar Maret 2019. Dana investasi yang digelontorkan untuk membangun pabrik ini mencapai Rp 330 miliar. Kebutuhan dana tersebut akan dipenuhi dari pendanaan perbankan, kas perseroan serta dana hasil IPO.
Usli menjelaskan, tujuan pembangunan kedua pabrik tersebut adalah untuk memberi nilai tambah bagi kinerja perusahaan. Dengan adanya kedua pabrik itu, MGRO dapat melakukan pemurnian bahan baku minyak kelapa sawit, yang bisa menghasilkan produk turunan olein atau minyak makan, sterin atau bahan baku margarin, dan oleochemical, serta produk turunan lainnya.
Asal tahu saja, hingga saat ini, produk yang dikeluarkan perusahaan ini meliputi CPO, palm kernel, cangkang serta produk turunan lainnya. Produk MGRO ini dibuat dalam enam pabrik milik perusahaan ini, yang berada di Sumatra Utara dan Riau.
Akuisisi lahan
Selanjutnya pengembangan industri hilir akan dilakukan dengan menambah kapasitas tangki timbun sebesar 20.000 metrik ton, melalui anak usaha PT Dumai Pracipta Abadi. Hingga saat ini Mahkota Group memiliki tangki timbun berkapasitas 76.000 ton.
Usli menambahkan, dengan kapasitas penyimpanan yang bertambah, maka MGRO tidak lagi mendapat tekanan harus menjual crude palm oil (CPO) di saat harga sedang menurun. Perusahaan ini bisa menjual CPO di saat harga lebih baik atau dalam tren naik.
Volume produksi CPO perusahaan pada semester I-2018 lalu tak jauh berbeda dari volume produksi di semester I-2017. Usli menuturkan, secara historis, tren peningkatan produksi biasanya baru terjadi pada semester dua.
Ia pun memprediksi volume produksi MGRO bisa naik menjadi 1.500 ton per hari, dari sebelumnya sebesar 500 ton per hari. Peningkatan di paruh kedua didukung oleh kondisi cuaca yang biasanya kondusif.
Dengan begitu, di akhir tahun 2018 ini, perusahaan ini menargetkan bisa menggenggam pendapatan sebesar Rp 2 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp 50 miliar.
Sebenarnya, pendapatan perusahaan ini dalam tiga tahun terakhir cenderung turun, dari Rp 2,02 triliun di 2015 jadi Rp 1,76 triliun di 2017.
Penurunan disebabkan produksi tandan buah segar (TBS) yang turun, karena kebakaran kebun kelapa sawit di Riau dan sekitarnya di tahun 2015. Kebakaran tersebut mengakibatkan hasil panen di tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan.
Sambil fokus berekspansi di industri hilir, perusahaan juga berencana mengakuisisi perkebunan sawit seluas 5.000-20.000 hektare. "Lahan perkebunan MGRO memang belum banyak, hanya di sekitar pabrik saja. Karena itu untuk dua tahun ke depan kami fokus mengembangkan industri hilir, sedangkan baru di tahun ketiga kami mulai mengembangkan industri hulu dengan melakukan akuisisi lahan," tegas Usli.
Hingga saat ini MGRO melakukan pemasaran dan distribusi di pasar domestik, antara lain ke wilayah Riau dan Sumatra Utara. Setelah IPO, perusahaan juga akan melakukan bisnis trading minyak kelapa sawit dan logistik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News