Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun ini, anggota emiten dari anak usaha PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yang bergerak dalam bisnis digital bertambah. Pada 17 September 2019 PT Telefas Indonesia Tbk (TFAS) akan menambah jajaran perusahaan digital yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sejumlah analis menilai prospek emiten digital banyak yang tidak layak dibeli karena sedang dalam tren penurunan.
Hingga saat ini sudah ada tiga anak usaha KREN yang melantai di bursa, yakni PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA). Di akhir tahun ini, KREN juga berencana akan melepas dua entitas anak usahanya yang juga bergerak di perusahaan digital.
Masing-masing emiten ini, fokus bisnisnya tentu berbeda. Misalnya saja MCAS yang fokus melayani infrastruktur digital untuk pembelian pulsa, tiket pesawat, kereta api hingga pembayaran listrik.
Baca Juga: Dapat Kado Spesial Jelang Ultah Ke-20, Berikut Ini Profil Pendiri Kresna Graha (KREN)
Lalu NFCX yang fokus mengembangkan bisnis media dan hiburannya dengan meluncurkan streaming televisi bernama OONA TV Indonesia.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto bilang, dari beberapa emiten yang bergerak di perusahaan digital NFCX cukup menarik karena secara teknikal sahamnya mengalami trend menguat.
“Sedangkan untuk DIVA dan MCAS secara teknikal sahamnya agak turun. Sebenarnya volume perdagangan kecil jadi arah tren tidak signifikan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (12/9).
Menurut William saham NFCX menarik juga ditopang oleh fokus perusahaan yang akan mengembangkan aplikasi media dan hiburan. NFCX juga melayani iklan digital yang ke depannya akan lebih prospektif. William bilang, bisnis iklan ini akan lebih cerah peluangnya.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan, dua saham perusahaan digital yakni MCAS dan DIVA memang sedang dalam tren penurunan. Tapi kalau dinilai dari price book value (PBV) nya sudah berada di atas rata-rata industri yang artinya tergolong mahal.
Baca Juga: Potensi film Indonesia besar, NFC Indonesia rencanakan investasi di Ideosource
“Untuk saham MCAS, pergerakannya dalam trend penurunan. Jadi saat ini belum layak dikoleksi karena harga diprediksikan akan melanjutkan koreksi,” jelasnya.
Dalam sepekan terakhir saham MCAS kinerjanya minus 2,40% adapun dalam enam bulan terakhir saham MCAS juga merosot minus 12,6%.
Kemudian Sukarno menjelaskan pergerakan saham DIVA secara minor trend dalam penurunan. Jadi strategi yang terbaik adalah wait and see dahulu. Menurut Sukarno harga diprediksikan cenderung sideways terlebih dahulu sebelum menentukan arah trennya.
Sukarno lebih mencermati saham NFCX. Menurutnya pergerakan harga dalam trend kenaikan. Jadi saat ini investor bisa melakukan trading buy dengan target harga menguji 2.670. Jika berhasil break 2.670 ada potensi menuju level 2.960. Sukarno menyatakan untuk level support di level 2.500.
Walau menarik, tiga perusahaan ini lumayan menarik tapi yang menjadi hambatan adalah banyak pemain yang masuk di bisnis ini sedangkan permintaan masih minim di perusahaan teknologi baru.
Baca Juga: Kejora InterVest masuk jadi investor Distribusi Voucher (DIVA)
Tapi catatan yang harus diperhatikan investor adalah risiko pertumbuhan saham yang bergerak di bidang start-up dan digital besar. “Margin profitnya saja kecil,” imbuhnya.
Jadi Sukarno lebih menyarankan investor tidak menyimpan sahamnya terlalu lama, tapi bisa gunakan strategi investasi trading cepat. Tujuannya untuk meminimalisir risiko.
Sukarno merekomedasikan saham bisa saja dibeli tapi investor bisa menggunakan strategi buy jika harga break 3.740 dan untuk support di level 3.660.
William merekomendasikan saham NFCX untuk dibeli dengan target harga Rp 3.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News