Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di kuartal I 2019, pertumbuhan kredit PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100 ini) meningkat jadi 13,2%. Lee Young Jun, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan di tahun ini perbaikan ekonomi dalam negeri akan melambat karena faktor geopolitik, sehingga ia memproyeksikan pertumbuhan kredit BBCA sebesar 12%.
Sementara, kredit usaha pada segmen korporasi diproyeksikan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan portofolio kredit BBCA.
Di tengah likuiditas industri perbankan yang ketat, menurut Young Jun masih ada kecenderungan segmen korporasi meminjam dana ke BBCA. Di kuartal I 2019 pertumbuhan kredit usaha segmen korporasi meningkat 15,8% yoy.
Senada, Harsh Wardhan Modi, analis J.P. Mogran Securities mengatakan, dalam risetnya 26 April 2019, pinjaman modal kerja turun secara kuartalan sementara pinjaman investasi terus bergerak naik, hal ini positif karena menunjukkan permintaan dari sektor korporasi.
"Kami berharap BBCA dapat mengambil pangsa pasar pinjaman perusahaan swasta, UKM, dan ritel dan memberikan CAGR pinjaman 14% dalam tiga tahun ke depan," kata Harsh.
Namun, Harsh mengamati secara kuartalan pertumbuhan kredit BBCA menurun 1%. Hal ini terjadi karena didorong oleh harga komoditas yang lebih rendah serta sikap wait and see dalam likuditas ketat di tahun politik.
Sementara, Young Jun menilai perolehan laba bersih BBCA di kuartal I 2018 yang naik 10,1% menjadi Rp 6,1 triliun, sedikit berada di bawah ekspektasinya.
Young Jun mengamati perolehan laba bersih tak sesuai ekspektasinya karena BBCA tertekan peningkatan dana cadangan akibat bencana alam yang terjadi di Palu beberapa waktu lalu.
"Kualitas aset BBCA di Palu buruk, jadi mereka tambah dana cadangan lumayan banyak dan bottom line di bawah ekspektasi," kata Young Jun.
Secara keseluruhan meski dana cadangan meningkat tetapi dengan NIM yang terjaga dan non performing loan (NPL) yang juga terjaga, laba bersih BBCA Young Jun proyeksikan mampu tumbuh 15,8% di 2019.
Harsh merekomendasikan overweight untuk BBCA di target harga Rp 31.000 per saham. Kinerja BBCA juga turut didukung dari perolehan fee based income.
Menurut Harsh BBCA menjadi bank pusat dalam operasi treasury. Harsh berharap pendapatan non bunga stabil selama dua hingga tiga tahun berikutnya.
Sementara, Young Jun merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 31.900 per saham.
Mengenai proses akuisisi BBCA terhadap Bank Royal, Young Jun mengatakan hal tersebut akan berdampak positif pada BBCA tetapi tidak akan signifikan karena merupakan bank kecil.
Sedangkan, Henry Wibowo Analis RHB merekomendasikan neutral di target harga Rp 28.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News