kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi saham untuk INTP, SMGR, dan SMBR


Senin, 24 Agustus 2020 / 06:10 WIB
Simak rekomendasi saham untuk INTP, SMGR, dan SMBR
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Menurut Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen sampai Agustus 2019 ini tercatat sebanyak 42,03 juta ton atau turun 2,26% dibandingkan pe


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar proses pembangunan proyek infrastruktur maupun properti tertunda saat pandemi Covid-19 menyerang. Dampaknya, permintaan semen jadi menurun. Di sepanjang tahun ini para analis memproyeksikan penurunan kinerja emiten sektor semen sudah di depan mata.

Laporan keuangan para emiten sektor semen di semester I-2020 kompak menunjukkan penurunan pendapatan. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 2% secara year on year (yoy).

Sementara, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengalami penurunan pendapatan sebesar 11,5% yoy. Kompak, pendapatan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) turun 19,4% yoy.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan penjualan semen selama semester I-2020 menurun karena permintaan semen menurun akibat pandemi dan penerapan PSBB.

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) Memangkas Target Penjualan

"Pandemi membuat pengerjaan proyek-proyek pembangunan tertunda sehingga permintaan semen menurun," kata Chris, Jumat (21/8).

Michelle Leung BI Industry Analyst mengatakan dalam riset Bloomberg Intelligence, berdasarkan kinerja para emiten sektor semen di semester I-2020 dan diskusi dengan SMGR serta INTP, Michelle memandang perbaikan permintaan semen di dalam negeri akan bergerak secara konservatif atau sulit terjadi.

"Penundaan proyek pembangunan infrastruktur serta masalah pendanaan menyebabkan volume penjualan semen berpotensi menurun di tahun ini," kata Michelle.

Di semester II-2020 Michele memproyeksikan permintaan semen dalam negeri menurun 31% dibanding tahun lalu menjadi 28 juta ton.

Perkiraan ini lebih pesimitis dari ekspektasi pasar yang turun 13%. Sementara di sepanjang tahun ini, Michelle juga memproyeksikan permintaan semen domestik masih akan menurun 21%.

Namun, Chris memproyeksikan permintaan semen di semester II-2020 berpotensi membaik bila dibandingkan semester I-2020. Chris melihat pelonggaran PSBB dan aktivitas ekonomi yang mulai berjalan secara bertahap bisa membuat permintaan semen membaik.

Hanya saja, bila permintaan semen di semester II-202 dibandingkan secara tahunan maka permintaan masih akan menurun.

Sedikit lebih optimistis Chris memproyeksikan pendapatan para emiten sektor semen hingga akhir tahun berpotensi tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. "Pelonggaran PSBB seharusnya dapat dimanfaatkan emiten sektor semen untuk meningkatkan penjualan," kata Chris.

Namun, untuk pos laba bersih para emiten semen, Chris memproyeksikan masih akan menurun sebesar 10% dibanding tahun sebelumnya.

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) mengantongi kredit sindikasi Rp 1,7 triliun

Sementara, volume penjualan SMGR juga Michelle proyeksikan menurun 22% yoy di tahun ini. Kompak, volume penjualan INTP juga diproyeksikan menurun 30% untuk periode yang sama.

Dari emiten semen yang ada, Chris melihat INTP dan SMGR cukup menarik. Sentimen positif yang mendukung prospek SMGR datang dari langkah akuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB).

"Akuisisi SMBC oleh SMGR seharusnya dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi SMGR," kata Chris. Target harga SMGR berada di Rp 13.000 per saham.

Sementara, Chris menilai INTP menarik karena memiliki utang yang rendah. Chris memandang seharusnya INTP bisa bertahan di tengah kondisi yang menekan saat ini dengan potensi pemulihan kinerja yang lebih baik ke depan.  Chris mematok target harga INTP di Rp 16.000 per saham.

Sementara Michelle melihat permintaan semen dari Indonesia bagian barat seperti Sumatera dan Jawa Barat berpotensi pulih lebih cepat dibanding provinsi lain.

Saat ini hampir 75% dari 206 Proyek Strategis Nasional terletak di Inonesia bagian Barat. INTP memiliki pabrik yang terkonsentrasi di Jawa Barat. Sedangkan, pabrik SMGR lebih banyak tersebar luas. Namun, Michelle memandang kelanjutan proyek tersebut akan tertunda karena pemerintah tengah fokus memerangi pandemi.

Sedangkan, Ajeng Kartika Hapsari Analis NH Korindo Sekuritas mengatakan dalam risetnya kinerja SMGR berpotensi membaik karena mendapat sentimen positif dari program Pemulihan Ekonomi Nasional yang memperbolehkan proyek infrastruktur dan konstruksi berlanjut.

Baca Juga: Dua pemain baru masuk pasar semen, bagaimana prospek bisnis Indocement (INTP)?

"SMGR masuk dalam program PEN untuk perbaikan di sektor perumahan," kata Ajeng yang merekomendasikan buy untuk SMGR di target harga Rp 11.500 per saham.

Sedangkan, Mimi Halimin Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memandang pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap, membuat ia yakin kinerja emiten semen yang buruk akan terlewati.

Dalam riset Mimi optimistis dengan INTP yang mencatatkan kenaikan penjualan 10,7% secara bulanan di Juli menunjukkan bahwa perbaikan permintaan sedang berlangsung. Mimi merekomendasikan beli INTP di target harga Rp 13.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×