kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Simak Rekomendasi Saham UNTR di Tengah Masih Lesunya Harga Batubara


Kamis, 06 Juni 2024 / 06:15 WIB
Simak Rekomendasi Saham UNTR di Tengah Masih Lesunya Harga Batubara
ILUSTRASI. United Tractors (UNTR) luncurkan Excavator Hybrid Komatsu HB365-1 yang ramah lingkungan


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) dipandang punya prospek menarik di tengah lesunya harga batubara. UNTR bakal terangkat normalisasi harga batubara dan upaya diversifikasi jadi suntikan tenaga baru.

Seperti diketahui, UNTR melaporkan penurunan total pendapatan sebesar 7% year on year (YoY) menjadi Rp 32,4 triliun pada kuartal pertama 2024. Laba bersih UNTR juga terkerek turun sebesar 5% YoY menjadi Rp 4,5 triliun.

Baca Juga: Buah Manis Diversifikasi Bisnis Mulai Dirasakan TPIA, UNTR Hingga HRUM

Analis NH Korindo Sekuritas Axell Ebenhaezer mencermati bahwa penurunan kinerja top line dan bottom line UNTR tersebut dapat disebabkan oleh penurunan tajam harga batubara.

Di samping itu, emiten grup Astra ini terdampak kerugian selisih kurs akibat melemahnya rupiah dan biaya pendapaan yang lebih tinggi.

“Harga batubara dunia turun secara signifikan dalam setahun terakhir, mengakibatkan penurunan pendapatan baik dari segmen pertambangan batubara maupun segmen mesin konstruksi,” ungkap Axell dalam riset 3 Mei 2024.

Akibatnya, Axell menjelaskan, PT Tuah Turangga Agung (TTA) yang mengurusi aset tambang batubara UNTR dan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) melaporkan pendapatan turun sebesar 21%yoy menjadi Rp 8,3 triliun karena harga jual rata-rata batubara turun.

 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham MAPA, UNTR, TAPG dan ISAT untuk Hari Ini (5/6)

Padahal, UNTR berhasil meningkatkan volume penjualan batubaranya sebesar 33% YoY menjadi hampir 4 juta ton di kuartal I-2024.

Selain itu, volume penjualan mesin konstruksi UNTR turun secara signifikan sekitar 37% YoY menjadi 1.126 unit pada tiga bulan pertama tahun ini. Penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh perlambatan pada sektor konstruksi, pertambangan, dan kehutanan.

Walau demikian, pendapatan dari segmen kontraktor penambangan UNTR meningkat sebesar 14% YoY menjadi Rp 13,3 triliun pada kuartal pertama 2024, sehingga mencakup 41,2% pendapatan UNTR di periode tersebut.

Axell mengamati, pertumbuhan segmen ini disebabkan oleh para penambang yang ingin meningkatkan produksi guna merespons peningkatan permintaan batubara, baik dari pasar domestik maupun pasar internasional, khususnya India dan China.

Dengan kata lain, industri tambang batubara memiliki prospek menarik ke depannya.

Baca Juga: Astra International (ASII) Groundbreaking Pembangunan Astra Biz Center di IKN

Sekadar mengingatkan, harga batubara mulai turun setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada September 2022 silam. Di sepanjang tahun 2023, harga barubara telah ambruk sekitar 64,85% menjadi US$136,95 per ton.

Selama kuartal pertama 2024, harga batubara mengalami koreksi sekitar 10,5%. Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara kini bertengger di US$137,95 per ton per Selasa (4/6).

Menurut Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe, kinerja UNTR masih akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga batubara. Jadi, selama harga batubara turun, maka pendapatan dan laba bersih UNTR juga akan mengikuti penurunan. Begitu pula sebaliknya.

“UNTR masih kuat relasinya dengan harga batubara,” ujar Kiswoyo saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (5/6).

Baca Juga: United Tractors (UNTR) yakin Tren Penjualan Alat Berat Segera Membaik

Kiswoyo mengatakan, harga batubara tahun ini wajar bergerak turun karena tahun-tahun sebelumnya harga batubara naik signifikan karena adanya booming komoditas. Saat ini pun penurunan harga batubara dianggap sudah mulai terbatas.

Sehingga, penurunan harga batubara awal tahun ini lebih dimaknai sebagai proses menuju normalisasi harga. Dengan demikian, normalisasi harga batubara diharapkan akan berdampak bagi stabilnya kinerja UNTR ke depan.

“Tahun ini diharapkan net profit dan pendapatan UNTR sudah normal. Di tahun depan proyeksi tidak jauh berbeda dari tahun ini, jika harga batubara tetap stabil,” imbuh Kiswoyo.

Teranyar, Analis Indo Premier Sekuritas Reggie Parengkuan melihat, kinerja UNTR belum begitu pulih di April 2024. Penjualan alat berat Komatsu mencapai 274 unit atau turun 9% MoM dan 16% YoY akibat penurunan permintaan dari industri pertambangan sekitar -17% MoM dan 18% YoY.

Sementara itu, volume penjualan PT Tuah Turangga Agung tetap stagnan pada bulan April sebesar 1,3 juta ton karena lebih rendahnya volume penjualan batubara termal sebesar 1 juta ton, turun -3% secara bulanan.

Namun penurunan itu diimbangi oleh penjualan kokas yang lebih tinggi volumenya sebesar 0,3 juta ton atau telah meningkat 15% secara bulanan di April 2024.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Tetap Optimistis Penjualan Alat Berat Capai 4.000 Unit di 2024

Reggie berharap volume penjualan emas akan meningkat seiring mulainya produksi di wilayah tambang baru. Dimana, UNTR dijadwalkan akan segera memulai kegiatan produksi di tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) dalam waktu dekat.

Volume penjualan tambang emas Martabe tetap stabil pada 17.000 oz pada bulan April 2024, setara dengan volume penjualan tambang emas Martabe dengan tingkat operasional bulanan di kuartal pertama 2024. Secara kumulatif, volume penjualan selama Januari – April sebesar 66.000 oz atau lebih rendah 14% yoy dan baru mencapai 28% dari perkiraan setahun penuh.

Indo Premier Sekuritas memperkirakan volume penjualan tersebut akan mengejar ketertinggalan dalam beberapa bulan mendatang karena tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) ditargetkan mulai beroperasi pada bulan Mei/Juni 2024. Untuk diketahui, target volume penjualan dari tambang SJR sekitar 35.000 oz pada 2024.

“Volume penjualan emas akan mengejar ketertinggalan dari tambang SJR,” tulis Reggie dalam riset 27 Mei 2024.

Selain itu, UNTR mungkin bakal disokong dari sumber pendapatan baru lainnya. Hal itu karena PT Stargate Pasific Resources (SPR), sebuah bisnis pertambangan nikel yang diakuisisi oleh UNTR pada akhir 2023, melaporkan pertumbuhan volume penjualan nikel yang kuat secara bulanan di Konawe Utara.

Axell memaparkan bahwa total penjualan nikel SPR sebesar 383 ribu wet metrik pada kuartal pertama tahun ini, dengan Maret 2024 menjadi bulan berkinerja terbaik sejauh ini dengan volume penjualan sebesar 220 wmt.

Baca Juga: Pelaku Usaha Alat Berat Optimistis Kinerja Bisnis Kembali Pulih, Ini Alasannya

Usaha UNTR di bidang energi terbarukan juga menunjukkan kemajuan, dengan pembangkit listrik tenaga mini hidro baru berkapasitas 7 MW di Lampung yang mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 2024. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya atap fotovoltaik berkapasitas 1,9 MWp yang dipasang pada kuartal I 2024.

Dua pembangkit listrik tenaga mini hidro lainnya di Koro Yaentu dan Kukusan sedang dikembangkan melalui anak perusahaan minoritas UNTR, PT Arkora Hydro Tbk, dengan tanggal operasi yang dijadwalkan masing-masing pada tahun 2024 dan 2025.

“UNTR melakukan beberapa manuver untuk lebih mendiversifikasi aliran pendapatannya, dan hal ini menunjukkan hasil awal yang baik,” ucap Axell.

Oleh karena itu, Axell menyematkan rekomendasi Overweight kepada UNTR dengan target harga Rp 28.400 per saham. Sentimen yang perlu dicermati ke depan bagi UNTR ialah perubahan harga batubara, pemulihan ekonomi China dan suku bunga.

Reggie turut optimis dengan prospek UNTR, sehingga mengubah rekomendasi menjadi Buy dari sebelumnya Hold untuk UNTR pada target harga yang masih dipertahankan di Rp 27.500 per saham.

Alasannya karena terjadi penurunan harga saham cukup dalam pasca pembagian dividen berakhir.

UNTR saat ini diperdagangkan dengan valuasi menarik sebesar 4,6x P/E di 2024, dibandingkan ADRO ataupun ITMG masing-masing sebesar 4,6x dan 5x. UNTR biasanya diperdagangkan dengan 7/17% premium terhadap ADRO dan ITMG.

Sementara itu, Kiswoyo merekomendasikan Buy untuk UNTR dengan target harga sebesar Rp 28.000 per saham. Investor disarankan membeli UNTR pada saat harga berada di bawah Rp 22.000 per saham.

Selanjutnya: Delta Dunia Makmur Akuisisi Produsen Antrasit Amerika

Menarik Dibaca: 4 Tontonan Terbaru Netflix Siap Tayang Hari Ini (6/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×