Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan rekor penutupan all-time high setelah naik 0,45% ke level 7.148,30 pada Selasa (5/4). Sejumlah saham juga menorehkan rekor harga all-time high.
Tiga saham yang mencapai all-time high pada Selasa (5/4) antara lain adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Pada saat berlangsungnya perdagangan, MDKA sempat menyentuh level tertinggi Rp 5.050 per saham, AMRT Rp 1.580, dan ESSA Rp 1.420.
Akan tetapi, hingga akhir perdagangan Selasa (5/4), MDKA tercatat naik 2,26% ke posisi Rp 4.980 per saham, AMRT bergerak positif 2,94% menjadi Rp 1.575, dan ESSA terkerek 6,90% ke level Rp 1.395 per saham.
Baca Juga: Perkuat Modal, Bank Amar Rights Issue 20 Miliar Saham Baru
Selain itu, ada juga beberapa saham yang sudah mendekati level all-time high sebelumnya, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA). Level all-time high yang pernah ditorehkan BBRI berada di Rp 4.860, TLKM Rp 4.840, dan ARNA Rp 1.030 per saham.
Per perdagangan Selasa (5/4), BBRI ditutup stagnan di posisi Rp 4.700 per saham meski sempat menyentuh Rp 4.740. TLKM ditutup terkoreksi 0,44% menjadi Rp 4.520 dan ARNA turun 0,55% ke level Rp 910 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, secara teknikal, MDKA dan AMRT yang hari ini menyentuh all-time high sudah berada di akhir penguatannya. "Dengan begitu, jika menguat, maka akan relatif terbatas dan rawan terkoreksi," kata Herditya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/4). Sementara ESSA yang juga sudah menyentuh all-time high masih berpeluang untuk melanjutkan penguatan.
Baca Juga: IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp 9.006 Triliun
Lebih lanjut, saham produsen keramik ARNA juga berpotensi kembali naik. Meskipun begitu, target harga terdekat yang diperkirakan Herditya masih berada di bawah level all-time high yang pernah dicapai ARNA. Menurutnya, para pelaku pasar dapat mencermati ARNA dengan target harga Rp 945 per saham dengan strategi buy on weakness.
Herditya juga menyarankan pelaku pasar untuk mencermati BBRI dan TLKM karena masih berpeluang naik lagi. Dia menetapkan target harga untuk BBRI di Rp 4.860 per saham dan TLKM Rp 4.670 per saham. Pelaku pasar dapat buy on weakness kedua saham tersebut terlebih dahulu.
Analis FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek menambahkan, dengan menggunakan horizon waktu yang panjang, maka saham-saham di atas masih memiliki potensi kenaikan. Akan tetapi, selama perjalanannya ke atas, pasti akan ada naik dan turunnya.
Baca Juga: IHSG Berada di All Time High, Investor Asing Mencatat Net Buy
Patrick menjagokan tiga saham, yaitu BBRI, TLKM, dan AMRT. Dia merekomendasikan hold saham tersebut bagi yang sudah punya dan buy on weakness bagi pelaku pasar yang belum punya dengan target harga BBRI di Rp 5.100-Rp 5.200 per saham, TLKM Rp 4.750-Rp 5.000, dan AMRT Rp 2.100-Rp 2.400 per saham.
Menurut Patrick, BBRI memiliki prospek yang baik seiring adanya data survei Bank Indonesia yang mengindikasikan pertumbuhan kredit pada tahun 2022. Tercatat, penyaluran kredit BBRI pada Januari 2022 meningkat 7,33%.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terus bermunculan juga menjadi potensi yang baik untuk BBRI. Mengingat, BBRI mempunyai spesialisasi, yakni fokus pada pemberdayaan UMKM melalui pembiayaan.
Baca Juga: IHSG Rekor Tertinggi di 7.148 Pada Akhir Perdagangan Selasa (5/4)
Kemudian, potensi kenaikan harga TLKM akan didorong oleh katalis pengguna internet di Indonesia yang terus bertumbuh selama lima tahun terakhir dengan tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7%. "Hal tersebut menguntungkan TLKM karena memiliki pangsa pasar yang luas, jumlah pelanggan yang banyak, serta fundamental TLKM yang baik," ucap Patrick.
Kinerja TLKM juga akan disokong oleh bisnis anak usahanya, yakni IndiHome yang membukukan kinerja cukup baik dan berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan TLKM.
Selanjutnya, kenaikan AMRT didukung oleh adanya data penjualan retail Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 15,2% year on year (yoy) pada Januari 2022. Menurut Patrick, penguatan ini didorong oleh mobilitas serta daya beli masyarakat yang sudah mulai kembali pulih seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19.
Baca Juga: Ramayana Lestari Sentosa (RALS) Berbalik Untung Rp 170,57 Miliar di Tahun 2021
Berkaca pada hal tersebut, penjualan retail Indonesia ke depannya juga diprediksi akan kembali mengalami pertumbuhan. "Ditambah lagi adanya animo puasa dan Lebaran yang secara historis selalu meningkatkan belanja masyarakat," kata Patrick.
Tak ketinggalan, Patrick juga melihat ada katalis positif yang akan mendorong harga saham ESSA dan ARNA. Ia menjelaskan, potensi kenaikan harga ESSA didukung oleh adanya data yang menunjukkan bahwa proyeksi konsumsi LPG domestik akan terus meningkat hingga 2024.
Data tersebut juga memperlihatkan permintaan yang tinggi terhadap amonia. Tercatat, sepanjang sembulan bulan pertama 2021, penjualan amonia ESSA menyumbang 87,7% terhadap total pendapatannya.
Baca Juga: Pelita Samudera (PSSI) Membidik Pertumbuhan Laba 10% Tahun Ini
Selanjutnya, ARNA mendapat katalis positif setelah industri keramik menerima harga gas khusus serta adanya peluncuran produk baru ARNA yang ditujukan untuk bersaing dengan produk impor. Ditambah lagi, target pasar ARNA yang sudah menyasar segmen menengah ke atas membuat ARNA memiliki peluang pasar yang cukup besar.
Sementara itu, untuk komoditas emas yang berhubungan dengan MDKA, Patrick memprediksi harganya akan cenderung stabil. Pasalnya, investor mempertimbangkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang agresif serta turunnya tingkat pengangguran dan percepatan pertumbuhan upah di Amerika Serikat, mendukung kenaikan suku bunga 50 bps di bulan Mei 2022. Di sisi lain, investor masih berhati-hati di tengah ekspektasi sanksi lanjutan pihak Barat terhadap Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News