Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Kemudian, potensi kenaikan harga TLKM akan didorong oleh katalis pengguna internet di Indonesia yang terus bertumbuh selama lima tahun terakhir dengan tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7%. "Hal tersebut menguntungkan TLKM karena memiliki pangsa pasar yang luas, jumlah pelanggan yang banyak, serta fundamental TLKM yang baik," ucap Patrick.
Kinerja TLKM juga akan disokong oleh bisnis anak usahanya, yakni IndiHome yang membukukan kinerja cukup baik dan berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan TLKM.
Selanjutnya, kenaikan AMRT didukung oleh adanya data penjualan retail Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 15,2% year on year (yoy) pada Januari 2022. Menurut Patrick, penguatan ini didorong oleh mobilitas serta daya beli masyarakat yang sudah mulai kembali pulih seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19.
Baca Juga: Ramayana Lestari Sentosa (RALS) Berbalik Untung Rp 170,57 Miliar di Tahun 2021
Berkaca pada hal tersebut, penjualan retail Indonesia ke depannya juga diprediksi akan kembali mengalami pertumbuhan. "Ditambah lagi adanya animo puasa dan Lebaran yang secara historis selalu meningkatkan belanja masyarakat," kata Patrick.
Tak ketinggalan, Patrick juga melihat ada katalis positif yang akan mendorong harga saham ESSA dan ARNA. Ia menjelaskan, potensi kenaikan harga ESSA didukung oleh adanya data yang menunjukkan bahwa proyeksi konsumsi LPG domestik akan terus meningkat hingga 2024.
Data tersebut juga memperlihatkan permintaan yang tinggi terhadap amonia. Tercatat, sepanjang sembulan bulan pertama 2021, penjualan amonia ESSA menyumbang 87,7% terhadap total pendapatannya.
Baca Juga: Pelita Samudera (PSSI) Membidik Pertumbuhan Laba 10% Tahun Ini
Selanjutnya, ARNA mendapat katalis positif setelah industri keramik menerima harga gas khusus serta adanya peluncuran produk baru ARNA yang ditujukan untuk bersaing dengan produk impor. Ditambah lagi, target pasar ARNA yang sudah menyasar segmen menengah ke atas membuat ARNA memiliki peluang pasar yang cukup besar.
Sementara itu, untuk komoditas emas yang berhubungan dengan MDKA, Patrick memprediksi harganya akan cenderung stabil. Pasalnya, investor mempertimbangkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang agresif serta turunnya tingkat pengangguran dan percepatan pertumbuhan upah di Amerika Serikat, mendukung kenaikan suku bunga 50 bps di bulan Mei 2022. Di sisi lain, investorĀ masih berhati-hati di tengah ekspektasi sanksi lanjutan pihak Barat terhadap Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News