Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah 28,96 poin atau turun 0,46% ke level 6.261,59 pada perdagangan Selasa (3/9). Sejumlah sektor yang terkoreksi ikut berkontribusi penurunan indeks.
Kendati demikian, ada juga sektor yang menopang IHSG. Salah satunya, sektor industri consumer goods yang naik 0,19%.
Namun pada Senin (2/9) kemarin, sektor tersebut sebetulnya melemah 1,69% dan bahkan menjadi kontribusi terbesar dalam penurunan IHSG di perdagangan kemarin. Sepanjang pekan lalu sektor konsumer juga turun 0,17%, sedangkan secara year to date menurun hingga 8,02%.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan sebenarnya sektor consumer goods masih cukup baik dan layak dikoleksi hingga akhir tahun ini. Nico menilai selama Indonesia masih mengalami inflasi dan bukan deflasi itu sudah bagus.
Baca Juga: IHSG hari ini ditutup melemah 0,46% ke level 6.261
Pada (2/9) kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada bulan Agustus 2019 sebesar 0,12% (mom). Sementara tingkat inflasi tahun kalender (Januari 2019 - Agustus 2019) tercatat sebesar 2,48% dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,49% (yoy).
Menurut Nico, melihat dari sektor consumer goods jika Indonesia masih ada inflasi berarti ada tingkat pertumbuhan dan daya beli juga masih ada.
"Kalau sektor consumer goods turun, itu sebetulnya masih dalam koreksi yang wajar. Sampai akhir tahun ini kami melihat sektor itu masih bisa mendominasi dan stabil jadi bagus untuk diperhatikan," ujar Nico kepada Kontan.co.id pada Selasa (3/9).
Pada kesempatan yang berbeda, analis Paramitra Alfa Sekuritas Evan Fajrin memaparkan penurunan sektor konsumer dikarenakan hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) yang menyatakan pada Juli 2019, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) melambat ke posisi 124,8 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 126,4.
Evan menilai melihat dari persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, wajar apabila angka IKK menurun. Terlebih lagi, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) pada Juli juga turun 3,5 poin sebesar 111,2 dari bulan sebelumnya yang mencapai 114,7.
Baca Juga: Lippo Karawaci Tbk (LPKR) raup dana jumbo, simak rekomendasi analis
Penurunan IKE tersebut berkaitan dengan keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini serta penghasilan. Sejalan dengan keyakinan terhadap penghasilan, keyakinan konsumen untuk membeli barang tahan lama atau Durable Goods pada Juli mengalami penurunan dan tercatat 113,6 atau lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 116,6.
"Jika Indeks Keyakinan Konsumen bulan Agustus yang dirilis BI mengalami kenaikan, itu berpotensi mendorong sektor consumer goods," ujar Evan.
Namun, sebaliknya jika IKK pada bulan Agustus nanti mengalami penurunan maka sektor konsumer berpotensi masih dalam tekanan.
Sementara itu, hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen Danareksa mencatatkan penurunan 0,7% atau 101,3 di bulan Agustus 2019 dibandingkan bulan sebelumnya 102. Danareksa juga menyatakan meski IKK Agustus turun, tetapi permintaan tetap stabil.
Senada dengan Danareksa, Nico juga menyatakan kalaupun IKK Agustus turun itu tidak akan mempengaruhi sektor consumer goods secara signifikan. Apalagi selama inflasi tetap bisa terjaga.
"Kalau sektor consumer goods melemah tidak apa. Selama tingkat risiko emiten tersebut masih terukur, CAD masih terjaga, serta BI yang akan hadir di pasar akan menjadi stimulus yang positif," tambah Nico.
Baca Juga: Anggaran 2020 konservatif, Bahana Sekuritas prediksi saham sejumlah sektor unggul
Baik Nico dan Evan sama-sama merekomendasi beli untuk saham di sektor consumer goods. Nico merekomendasi mengoleksi ICBP, INDF, dan MYOR. Sebab, ketiganya di proyeksi memiliki prospek yang bagus.
Namun, untuk beli ia rekomendasi saham INDF dengan target harga Rp 8.300, sedangkan beli MYOR dengan target harga Rp 2.850. Sementara, Evan merekomendasi saham GGRM dengan target harga Rp 67.750, serta INDF dengan target harga Rp 8.150.
Berdasarkan data RTI, pada perdagangan hari ini, saham ICBP ditutup menguat 25 poin atau naik 0,21% di level Rp 12.000. Secara year to date emiten juga menguat 14,83%. Saham INDF stagnan di level Rp 8.000, sedangkan sepanjang tahun ini INDF juga menguat 7,38%.
Saham MYOR juga ditutup menguat 10 poin atau naik 0,40% di level Rp 2.490 meski sempat dibuka di zona merah. Namun, secara year to date MYOR menurun sebesar 4,96%.
Sementara, saham GGRM ditutup menguat 1.150 poin atau naik 1,73% ke level Rp 67.7550, sedangkan secara year to date melemah 19,22%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News