Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis poin (bps) pada rapat dewan gubernur (RDG) Kamis, (21/11) lalu.
Dengan penurunan tersebut, berarti GWM untuk bank umum konvensional dan syariah menjadi sebesar 5,5%, selanjutnya kebijakan ini akan berlaku per 2 Januari 2020 mendatang.
Baca Juga: IHSG masih minus sejak awal tahun, kapan benar-benar akan naik?
Dalam penutupan perdagangan Jumat (22/11), sejumlah saham perbankan berada di zona merah. Lihat saja saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) menurun 1,39% ke harga 7.075 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga terkoreksi 0,24% ke level Rp 4.210 per saham, dan PT Bank Negeara Indonesia TBk (BBNI) melemah 0,65% ke harga Rp 7.650 per saham.
Selain itu, saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 1,57% ke harga 940 per saham. Adapun PT Bank Pan Indonesia TBk (PNBN) menyusut 1,64% ke harga Rp 1.200 per saham. Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih bisa menguat 0,08% ke harga Rp 31.525 per saham.
Menurut Analis Samuel Sekuritas Suria Dharma, pelonggaran GWM tentu berdampak positif terhadap sektor perbankan untuk menambah likuiditas di tengah loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi.
Akan tetapi, pengaruhnya belum terlalu signifikan terhadap saham-saham perbankan, lantaran saat ini tingkat likuiditas perbankan terbilang ketat. “Ini memang bagus untuk likuiditas, tapi penambahannya mungkin belum cukup besar,” kata Suria, Jumat (22/11).
Baca Juga: Mengintip nasib rupiah di pekan terakhir November
Penurunan GWM sebesar 50 bps tersebut bisa menambah likuiditas bank sebesar Rp 26 triliun. Rinciannya, penambahan likuiditas sebesar Rp 24,1 triliun untuk bank umum konvensional dan sebesar Rp 1,9 triliun untuk bank umum syariah.
Ke depannya, dia melihat prospek emiten perbankan masih cukup menarik. Suria memproyeksi, pertumbuhan kredit sektor perbankan untuk tahun depan konservatif atau di bawah 10%. Dia berharap, permintaan kredit dari sektor-sektor utama akan tumbuh.
Suria merekomendasikan investor untuk beli saham BBNI dengan target harga jangka panjang Rp 10.600 per saham dan BMRI dengan target harga Rp 8.900 per saham. “BBCA dan BBRI sebenarnya menarik tapi valuasinya mahal,” tambahnya.
Senada dengan Suria, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menuturkan GWM ini akan memberikan dampak positif terhadap emiten perbankan. Selain penurunan GWM, penurunan suku bunga juga bisa menjadi peluang bagi sektor perbankan.
“Selain itu penambahan kuota fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dan kuota KUR juga bisa menjadi peluang baru. Kerja sama dengan institusi jasa keuangan lain seperti agen dan fintech serta meningkatkan porsi pendapatan dari fee based income bisa menjadi peluang lain untuk perbankan,” papar Yaki.
Dia melihat, prospek emiten sektor perbankan akan tumbuh. “Meski tak sebagus historical karena kondisi ekonomi secara global masih cenderung melambat potensinya,” ungkap Yaki.
Baca Juga: Mata uang emerging mendekati level termurah dalam dua dekade, rupiah paling menarik
Dia juga belum melihat adanya sentimen negatif untuk sektor perbankan. Yaki bilang, sektor perbankan masih bisa menjaga margin meski ada penurunan lending rate dengan menurunkan cost of fund.
Yaki menambahkan saham bank besar seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI masih menarik. Dia menyarankan investor untuk buy saham BBRI dengan target harga Rp 5.000, kemudian buy saham BBNI dengan target harga Rp 8.500 per saham. Dia juga merekomendasikan untuk beli saham BMRI dengan target harga Rp 8.000 per saham.
Selanjutnya dia menyarankan investor untuk hold saham BBTN dengan target harga Rp 1.800 dan hold harga BDMN dengan target harga Rp 5.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News