kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Rekomendasi Saham Media Berikut Ini, Ada MNCN, SCMA, dan EMTK


Senin, 22 Agustus 2022 / 05:46 WIB
Simak Rekomendasi Saham Media Berikut Ini, Ada MNCN, SCMA, dan EMTK
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta,


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten media dinilai memiliki prospek positif hingga tutup tahun. Hal ini berangkat dari proyeksi berlanjutnya belanja iklan di semester II ini.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, seiring pemulihan ekonomi akan memberikan dampak positif terhadap pendapatan berbagai perusahaan. Akibatnya, perusahaan kembali meningkatkan belanja iklan di TV untuk media promosi khususnya dari sector FMCG dan E-Commerce.

Hal ini dinilai menjadi katalis positif bagi emiten media. Andhika melihat, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) akan melanjutkan pertumbuhan kinerja yang lebih baik dari pendapatan iklan.

Ini lantaran SCMA fokus pada event-event sepakbola seperti English Premier League dan BRI Liga 1 yang sudah dimulai kembali pada semester II sehingga berpeluang meningkatkan pendapatan iklannya.

Baca Juga: Berbagai Beban Membengkak, Laba Bersih SCMA Anak usaha Emtek (EMTK) Tergerus 15,25%

Ditambah, SCMA mendapatkan hak siar Piala Dunia Qatar 2022 yang akan dilaksanakan pada November-Desember 2022 yang merupakan ajang sepakbola terbesar di dunia 4 tahun sekali.

"Ini dapat meningkatkan jumlah platform media berbayarnya yaitu vidio.com dan juga peningkatan penerimaan pendapatan iklan dari free-to-air (FTA TV)," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/8).

Adapun SCMA diproyeksikan memiliki pendapatan sebesar Rp 6,7 triliun - Rp 6,8 triliun. Kemudian untuk laba bersih diperkirakan sebesar Rp 1,6 triliun - Rp 1,8 triliun.

Dampak positif juga diperkirakan akan dirasakan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) lantaran sinetron juga banyak digemari oleh masyarakat. Andhika pun memproyeksikan pendapatan MNCN di sepanjang tahun ini mencapai Rp 9,8 triliun - Rp 10 triliun dengan laba bersih Rp 2,8 triliun - Rp 3 triliun.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto juga memproyeksikan pertumbuhan belanja iklan akan berlanjut di semester II, walaupun terbatas. Sebab, belanja iklan semester I masih berada di bawah rata-rata tahunan pada kisaran 10%.

Sebagai informasi, berdasarkan data Nielsen pertumbuhan belanja iklan semester I tumbuh 7%, mencapai Rp 135 triliun.

Pandhu mengamati, secara jangka panjang pihaknya melihat emiten yang mampu menggarap sektor digital memiliki prospek yang lebih baik. Ini seiring perubahan gaya hidup masyarakat dan semakin banyaknya platform digital yang berkembang.

Dirinya berpandangan EMTK dan SCMA sudah mulai menggarap platform digital yang lebih serius melalui vidio.com dengan mengambil hak siar Liga inggris dan piala dunia.

Baca Juga: Perjalanan Kongsi Emtek (EMTK), Ant Group, Sinarmas (DSSA) dan Lazada di DANA

Sehingga mampu meningkatkan jumlah subscriber hingga 3,5 juta dibanding 2 juta pada awal tahun ini. Diperkirakan hingga akhir tahun ini dapat mencapai lebih dari 4 juta pelanggan berbayar.

Untuk MNCN yang lebih fokus menggarap segmen sinema seperti sinetron, film, reality show dan infotainment, dilihat memiliki target pemirsanya sendiri.

Sehingga diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan pendapatan yang lebih kencang, daripada hanya mengandalkan pertumbuhan iklan yang terbatas.

Dari sana, Pandhu memproyeksikan pendapatan SCMA dapat mencapai Rp 6,6 triliun atau tumbuh 11% YoY. Namun, laba bersih akan turun 8% YoY menjadi Rp 1,25 triliun.

"Sedikit lebih rendah dibanding tahun lalu karena strategi perseroan yang membutuhkan biaya promosi tinggi untuk mendongkrak jumlah subscribernya," katanya.

Kemudian EMTK diproyeksikan pendapatan dapat mencapai Rp 14 triliun. Namun untuk laba diperkirakan lebih sulit karena kontribusi laba terbesar berasal dari bagian laba anak usaha seperti BUKA.

Sedangkan BUKA sendiri memperoleh laba dari investasi di BBHI, bukan dari operasional. Dengan begitu, pergerakan saham BBHI akan lebih mempengaruhi laba EMTK.

Untuk MNCN diperkirakan akan dapat membukukan pertumbuhan pendapatan yang stabil mencapai Rp 10,5 triliun atau tumbuh 9% YoY dan laba tumbuh 5% YoY menjadi Rp 2,5 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya justru melihat belanja iklan akan turun di semester II ini karena inflasi. Apalagi di kuartal II indeks industri secara keseluruhan turun 5% YoY meskipun musim Lebaran. "Akan ada kelambatan dalam pengambilan keputusan pembelanja iklan," katanya.

Baca Juga: Media Nusantara Citra (MNCN) Absen Bagi Dividen, ini Alasannya

Dirinya pun merekomendasikan hold SMCA dengan target harga Rp 225. Sementara MNCN, buy dengan target harga Rp 1.500.

Sementara Pandhu merekomendasikan buy untuk SCMA dan MNCN, masing-masing dengan target harga Rp 300 dan Rp 1.300. Hal itu seiring valuasi kedua emiten yang relatif rendah dibanding rata-rata historisnya sehingga cukup menarik untuk dikoleksi jangka panjang dengan outlook yang cenderung positif.

Sedangkan EMTK untuk sementara ini dinilai lebih cocok untuk trading jangka pendek. Sebab, sahamnya mulai menarik setelah beberapa hari terakhir terkoreksi cukup dalam dan mendekati support trendline sekitar Rp 1.850. Adapun target penguatan ke sekitar Rp 2.300.

Andhika juga merekomendasikan buy MNCN, support Rp 780 dengan target harga akhir tahun Rp 1.250 - Rp 1.300. SCMA juga direkomendasikan buy, support Rp 190 dengan target harga akhir tahun Rp 380 - Rp 400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×