kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi saham Japfa Comfeed (JPFA) yang masih dibayangi penurunan daya beli


Rabu, 21 Oktober 2020 / 18:52 WIB
Simak rekomendasi saham Japfa Comfeed (JPFA) yang masih dibayangi penurunan daya beli
ILUSTRASI. Ekspor perdana produk premix vitamin dan mineral ke India, produksi PT Agrinusa Jaya Santosa yang merupakan anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) melalui anak usahanya PT Agrinusa Jaya Santosa (Agrinusa) mengekspor premix vitamin perdana ke Republik India pada Rabu (21/10).

Teguh Prajitno, Managing Director Strategic Business Unit Animal Health and Livestock Equipment Japfa mengatakan, Agrinusa melepaskan 27 ton premix vitamin senilai US$ 213.000, dari total produk yang akan diekspor senilai US$ 1 juta hingga tutup tahun 2020.

Setelah berhasil merambah pasar India, Agrinusa juga berencana mengekspor premix vitamin ke beberapa negara seperti Vietnam, Bangladesh, dan Myanmar pada tahun depan. Guna mempertahankan dan memperluas pasar, Japfa dan anak usahanya terus menjaga standar kualitas mutu dan layanan untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri.

Michael Filbery, analis Phillip Sekuritas menilai, ekspor premix ke India merupakan perkembangan yang baik untuk JPFA dalam memperluas jaringan di pasar ekspor. Akan tetapi, mengingat porsi pendapatan dari penjualan ekspor masih relatif kecil dibandingkan penjualan domestik, maka Michael melihat ekpor tersebut belum mampu mendongkrak kinerja JPFA. "JPFA masih mengandalkan segmen feed sebagai backbone dari pendapatan perusahaan," kata Michael kepada Kontan.co.id, Rabu (21/10).

Baca Juga: Anak usaha Japfa Comfeed (JPFA) lepas ekspor perdana Premix Vitamin ke India

Dia memprediksi, penjualan JPFA pada semester dua tahun ini akan membaik ketimbang semester pertama. Menurut dia, relaksasi PSBB dapat meningkatkan arus aktivitas masyarakat untuk berbelanja khususnya pada pasar basah.

Selain itu, harga broiler dapat lebih stabil di kuartal-IV setelah adanya mandatori penyerapan live-bird oleh para integrator di kuartal-III. Meski demikian, pemulihan kinerja ini masih dibayangi oleh adanya pandemi Covid-19.

Michael memperkirakan penjualan JPFA di tahun ini akan lebih rendah 10% dibandingkan pendapatan bersih di tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 36,74 triliun. Hal ini disebabkan lemahnya daya beli di tahun ini akibat adanya Covid-19.

Baca Juga: Begini upaya Japfa dalam memperkuat ketahanan pangan nasional di masa pandemi

"Penjualan akan kembali tumbuh di tahun depan dengan asumsi vaksin Covid-19 sudah didistribusikan dan aktivitas ekonomi yang kembali normal akan berbanding lurus dengan permintaan terhadap produk-produk poultry," papar Michael.

Instruksi penyesuaian populasi parent stock masih akan jadi sentimen untuk saham-saham pakan ternak termasuk JPFA. Sementara itu, sentimen positif untuk JPFA yakni akusisi So Good Food yang diprediksi akan membuat JPFA lebih bersinergi dan terintegrasi dengan produk consumer goods.

Michael merekomendasikan buy saham JPFA dengan target harga Rp 1.200 dengan asumsi pendapatan bersih pada 2020 mencapai Rp 32,89 triliun dan laba opersional sebesar Rp 1,1 triliun. Pada penutupan perdagangan Rabu (21/10), harga saham JPFA meningkat 0,88% ke Rp 1.140 per saham.

Baca Juga: Tertekan permintaan dan harga ayam, bagaimana rekomendasi saham emiten poultry?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×