kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak rekomendasi saham emiten batubara di tengah sentimen kenaikan harga komoditas


Minggu, 18 Juli 2021 / 13:55 WIB
Simak rekomendasi saham emiten batubara di tengah sentimen kenaikan harga komoditas
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (15/2/2021).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga batubara masih belum berakhir. Bahkan, batubara menyentuh level tertingginya setelah harga batubara kontrak Agustus 2021 di ICE Futures berada di US$ 151 per ton pada Jumat (16/7).

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menjelaskan, kenaikan harga batubara didorong oleh apa yang terjadi di China. Saat ini, permintaan batubara terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan listrik di tengah pemulihan aktivitas industri. Tapi di satu sisi tengah terjadi keterbatasan pasokan batubara akibat beberapa tambang yang harus tidak beroperasi karena cuaca hujan ekstrem.

“Dengan tidak seimbangnya antara pasokan dan permintaan, ini membuat harga batubara terus naik. Kami memproyeksikan untuk tahun ini, harga rata-rata batubara akan berada di level US$ 90 per ton,” kata Catherina kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7).

Lebih lanjut, Catherina juga melihat adanya ketidakpastian masa depan pada industri batubara. Pemerintah saat itu sempat mewacanakan untuk menutup pembangkit listrik batubara berdaya 50 GW pada 2025 sebagai langkah menuju emisi nol karbon pada 2060. Tapi, di satu sisi pada tahun 2020 terdapat pembangunan pembangkit listrik batubara berdaya 11,8 GW dan membangun pembangkit listrik batubara berdaya 21 GW yang beroperasi hingga 2065.

Baca Juga: Sebanyak 17 emiten masuk dalam daftar pemantauan khusus, ini daftar lengkapnya

Menurut Catherina, pemerintah sebenarnya sedang berada di persimpangan jalan, apakah memutuskan untuk beralih ke energi terbarukan atau bergantung pada batubara. Tapi, sebagai negara yang bergantung pada batubara, cukup sulit bagi Indonesia untuk beralih ke energi terbarukan dalam waktu sekejap.

“Jadi kemungkinan Indonesia akan mengurangi penggunaan batubara secara bertahap, namun tidak akan sepenuhnya bergantung pada energi terbarukan. Energi konvensional setidaknya masih akan digunakan beberapa dekade ke depan, apalagi dengan adanya proyek gasifikasi yang mengindikasikan kebutuhan batubara di tahun-tahun mendatang,” imbuh Catherina.

Catherina pun saat ini memberikan rating netral untuk sektor batubara. Dia yakin, minat investor akan beralih ke industri yang lebih ramah lingkungan. Sementara kenaikan harga batubara akan membuat harga saham emiten batubara ikut menguat. Namun, menurutnya hal tersebut hanya berlangsung sementara karena harga batubara ke depan juga akan berangsur turun. 

Baca Juga: Ramai-ramai bertransformasi jadi bank digital, harga saham naik signifikan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×